Penggunaan Alat Kontrasepsi ialah untuk mengatur jarak kelahiran antara anak sebelumnya dengan anak yang selanjutnya. Hal ini tentu dengan aneka macam alasan, namun yang paling tinggi tentu sebab alasan kesehatan dan contoh bimbing anak yang maksimal. Kinerja Alat Kontrasepsi tentu menjadi pertimbangan pertama, ketika menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Namun tentu tingkat keefektifan tersebut, juga dipengaruhi oleh banyak faktor, yang salah satunya ialah persoalan stress.
Untuk mendapat keefektifan alat kontrasepsi yang digunakan, sebaiknya kau menghindari aneka macam penyebab stres. Hal ini dikarenakan, menurut penelitian stres dan depresi menjadikan alat kontrasepsi menjadi kurang efektif.
Kondisi mental seseorang harus menjadi pertimbangan bagi para petugas kesehatan ketika menunjukkan pengarahan mengenai metode kontrasepsi yang akan digunakan. Bagi perempuan yang beresiko tinggi menderita depresi dan stres (wanita yang bekerja, perempuan tinggal di perkotaan) yang ingin mengatur jarak kehamilan lebih lama, sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang menyerupai IUD / Spiral.
Para peneliti menganalisa isu dari 689 perempuan yang tidak hamil berusia 18 dan 19 tahun di tempat Michigan, Amerika serikat. Mereka menjawab pertanyaan mengenai kondisi mental mereka. Setelah satu tahun lalu para responden juga diminta mengisi jurnal mingguan mengenai berapa kali berafiliasi seks dalam seminggu dan kontrasepsi apa yang digunakan.
Dari penelitian tersebut, didapatkan sekitar 25 % responden mengalami depresi berat dan 25 % mengalami stres tingkat sedang hingga berat. Secara umum 72 % dari mereka secara konsisten menggunakan kontrasepsi (banyak yang menggunakan kondom, KB Suntik dan pil) ketika berafiliasi suami istri.
Namun pada perempuan yang mengalami depresi tingkat kepatuhan menentukan untuk menggunakan kondom 47 persen lebih rendah dibanding mereka yang mengalami stres lebih ringan. Konsistensi penggunaan alat kontrasepsi juga sangat rendah pada perempuan yang sedang stres.
Ringkasan:
Bersama: +detikcom , +Detikplus , +KOMPAS.com , +Kompas TV , +VIVA , +Susilo Bambang YudhoyonoUntuk mendapat keefektifan alat kontrasepsi yang digunakan, sebaiknya kau menghindari aneka macam penyebab stres. Hal ini dikarenakan, menurut penelitian stres dan depresi menjadikan alat kontrasepsi menjadi kurang efektif.
Kondisi mental seseorang harus menjadi pertimbangan bagi para petugas kesehatan ketika menunjukkan pengarahan mengenai metode kontrasepsi yang akan digunakan. Bagi perempuan yang beresiko tinggi menderita depresi dan stres (wanita yang bekerja, perempuan tinggal di perkotaan) yang ingin mengatur jarak kehamilan lebih lama, sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang menyerupai IUD / Spiral.
Para peneliti menganalisa isu dari 689 perempuan yang tidak hamil berusia 18 dan 19 tahun di tempat Michigan, Amerika serikat. Mereka menjawab pertanyaan mengenai kondisi mental mereka. Setelah satu tahun lalu para responden juga diminta mengisi jurnal mingguan mengenai berapa kali berafiliasi seks dalam seminggu dan kontrasepsi apa yang digunakan.
Dari penelitian tersebut, didapatkan sekitar 25 % responden mengalami depresi berat dan 25 % mengalami stres tingkat sedang hingga berat. Secara umum 72 % dari mereka secara konsisten menggunakan kontrasepsi (banyak yang menggunakan kondom, KB Suntik dan pil) ketika berafiliasi suami istri.
Namun pada perempuan yang mengalami depresi tingkat kepatuhan menentukan untuk menggunakan kondom 47 persen lebih rendah dibanding mereka yang mengalami stres lebih ringan. Konsistensi penggunaan alat kontrasepsi juga sangat rendah pada perempuan yang sedang stres.
Ringkasan:
- Alat Kontrasepsi berkhasiat untuk mengatur jarak kehamilan dengan tujuan kesehatan dan memaksimalkan contoh bimbing anak,
- Penggunaan Alat Kontrasepsi yang paling banyak dipakai ialah pil KB dan kondom,
- Bagi perempuan yang ingin menunda kehamilan dalam waktu lama, sebaiknya menggunakan KB IUD / Spiral.
0 comments:
Post a Comment