Alat kontrasepsi di dalam rahim merupakan alat kontrasepsi yang dipasang untuk wanita, yang mana penggunaannya yaitu dengan cara ditanam di dalam rahim. Terdengar sedikit menakutkan, bukan? Namun, jangan khawatir alasannya yaitu penggunaan alat kontrasepsi ini masih dalam batas aman. Bahkan terbilang cukup kondusif dipakai untuk ibu.
Salah satu rujukan kontrasepsi dalam rahim yang sering dipakai yaitu spiral atau AKDR atau disebut juga IUD. Alat ini terbilang cukup efektif dan bahkan ada yang bisa bertahan dengan jangka panjang 10 tahun. Namun demikian, pemasangan alat ini harus dilakukan oleh ahlinya, ibarat bidan atau dokter yang jago di bidangnya.
Secara garis besar, cara kerja dari alat kontrasepsi spiral ini yaitu dengan mencegah bertemunya sel telur dengan sperma supaya pembuahan sanggup dihindari. Dengan begitu, tentu saja kehamilan yang tidak diinginkan sanggup dihindarkan. Atau lebih tepatnya, mereka yang ingin mengatur jarak kehamilan, sanggup menyebabkan kontrasepsi spiral ini sebagai pilihan terbaik.
Mengingat alat ini terpasang di dalam rahim, banyak ibu yang takut dengan dampak pemasangan alat ini. Perlu diketahui, kontrasepsi dengan spiral ini cukup kondusif digunakan. Hubungan suami istri pun tidak akan terganggu dengan pemasangan spiral ini. Selain itu, memakai kontrasepsi spiral juga tidak mempunyai imbas samping hormonal, produksi asi tetap lancar dan tentu saja pribadi bisa dipasang pasca melahirkan.
Selain laba yang tersebut diatas, memakai kontrasepsi spiral ini juga mempunyai kekurangan. Lalu, apa saja kekurangan yang dimiliki dengan penggunaan kontrasepsi spiral ini? Pada umumnya, perempuan yang memakai kontrasepsi spiral ini akan berubah siklus menstruasinya. Selain itu, tak jarang ibu yang memakai alat kb ini akan mengalami nyeri ketika tiba bulan dan pendarahan. Bahkan yang lebih angker lagi, pendarahan ini akan diikuti dengan kejang selama kurang lebih 3 sampai 5 hari pasca pemasangan.
Karena alasan diatas, tak semua orang sanggup memakai alat kontrasepsi IUD atau spiral. Beberapa orang yang tidak diperbolehkan memakai spiral ini yaitu perempuan yang sedang hamil, dan terinfeksi penyakit vaginitis dan servisitis atau jenis penyakit yang menular. Selain itu, perempuan yang mengalami pendarahan vagina dan mempunyai riwayat penyakit tumor, tbc dan kanker juga tidak disarankan memakai kb spiral ini.
Nah, sedangkan perempuan yang boleh memakai kb spiral ini yaitu perempuan yang mempunyai harapan untuk memasang kontrasepsi spiral dalam jangka panjang, baik ibu pasca melahirkan dan menyusui. Selain itu, perempuan dalam usia produktif dan tidak mempunyai resiko penyakit menular juga sanggup memakai alat kontrasepsi spiral ini.
Ringkasan:
Salah satu rujukan kontrasepsi dalam rahim yang sering dipakai yaitu spiral atau AKDR atau disebut juga IUD. Alat ini terbilang cukup efektif dan bahkan ada yang bisa bertahan dengan jangka panjang 10 tahun. Namun demikian, pemasangan alat ini harus dilakukan oleh ahlinya, ibarat bidan atau dokter yang jago di bidangnya.
Secara garis besar, cara kerja dari alat kontrasepsi spiral ini yaitu dengan mencegah bertemunya sel telur dengan sperma supaya pembuahan sanggup dihindari. Dengan begitu, tentu saja kehamilan yang tidak diinginkan sanggup dihindarkan. Atau lebih tepatnya, mereka yang ingin mengatur jarak kehamilan, sanggup menyebabkan kontrasepsi spiral ini sebagai pilihan terbaik.
Mengingat alat ini terpasang di dalam rahim, banyak ibu yang takut dengan dampak pemasangan alat ini. Perlu diketahui, kontrasepsi dengan spiral ini cukup kondusif digunakan. Hubungan suami istri pun tidak akan terganggu dengan pemasangan spiral ini. Selain itu, memakai kontrasepsi spiral juga tidak mempunyai imbas samping hormonal, produksi asi tetap lancar dan tentu saja pribadi bisa dipasang pasca melahirkan.
Selain laba yang tersebut diatas, memakai kontrasepsi spiral ini juga mempunyai kekurangan. Lalu, apa saja kekurangan yang dimiliki dengan penggunaan kontrasepsi spiral ini? Pada umumnya, perempuan yang memakai kontrasepsi spiral ini akan berubah siklus menstruasinya. Selain itu, tak jarang ibu yang memakai alat kb ini akan mengalami nyeri ketika tiba bulan dan pendarahan. Bahkan yang lebih angker lagi, pendarahan ini akan diikuti dengan kejang selama kurang lebih 3 sampai 5 hari pasca pemasangan.
Karena alasan diatas, tak semua orang sanggup memakai alat kontrasepsi IUD atau spiral. Beberapa orang yang tidak diperbolehkan memakai spiral ini yaitu perempuan yang sedang hamil, dan terinfeksi penyakit vaginitis dan servisitis atau jenis penyakit yang menular. Selain itu, perempuan yang mengalami pendarahan vagina dan mempunyai riwayat penyakit tumor, tbc dan kanker juga tidak disarankan memakai kb spiral ini.
Nah, sedangkan perempuan yang boleh memakai kb spiral ini yaitu perempuan yang mempunyai harapan untuk memasang kontrasepsi spiral dalam jangka panjang, baik ibu pasca melahirkan dan menyusui. Selain itu, perempuan dalam usia produktif dan tidak mempunyai resiko penyakit menular juga sanggup memakai alat kontrasepsi spiral ini.
Ringkasan:
- Alat kontrasepsi spiral atau IUD merupakan alat kontrasepsi dalam rahim yang cukup kondusif digunakan.
- Secara garis besar, alat ini bisa bertahan 10 tahun untuk mencegah kehamilan.
- Meski terbilang aman, namun tak semua orang bisa memakai alat kontrasepsi ini, salah satunya yang tidak boleh yaitu orang yang mempunyai penyakit kelamin.