Wednesday, 9 August 2017

Orang Tua Wajib Tahu !!! Inilah Cara Mengatasi Step / Stuip / Kejang Demam Pada Bayi Dan Balita.!! Bantu Share Ya Agar Lebih Bermanfaat.!!

Hai , |
Kejang , baik yang disertai demam atau tidak , dapat berdampak fatal. Itulah penyebab , sesudah memberi pertolongan pertama , bawa selekasnya si kecil ke rumah sakit.

Orang Tua Wajib Tahu !!! Inilah Cara Mengatasi Step / Stuip / Kejang Demam Pada Bayi Dan Balita.!! Bantu Share Ya Agar Lebih Bermanfaat.!!


Kejang sendiri terjadi disebabkan adanya kontraksi otot yang terlalu berlebih kurun waktu tertentu tanpa dapat dikendalikan. Satu diantara penyebab terjadinya kejang demam yakni tingginya suhu tubuh anak. Munculnya kejang yang dibarengi demam ini diistilahkan sebagai kejang demam (convalsio febrillis) atau stuip/step.

Masalahnya , toleransi masing-masing anak pada demam sangat bervariasi. Pada anak yang toleransinya rendah , jadi demam pada suhu tubuh 38 C juga telah dapat membuatnya kejang. Sesaat pada anak-anak yang toleransinya normal , kejang baru dihadapi jikalau suhu tubuh telah mencapai 39 C atau lebih.

SEGERA BAWA KE DOKTER

Untuk mencegah beberapa hal yg tidak diinginkan , dianjurkan supaya orangtua sesegera mungkin berikan pertolongan pertama begitu tahu si kecil alami kejang demam.

Kemudian , janganlah tunggu waktu lagi bawa segera si kecil ke dokter atau klinik terdekat. Janganlah terpaku hanya pada lamanya kejang , entah hanya beberapa detik atau sekian menit. Dengan begitu , si kecil bakal memperoleh penanganan selanjutnya yang tepat dari beberapa ahli. Umumnya dokter akan memberi obat penurun panas , sekaligus membekali obat untuk menangani kejang serta antikejang. “Sebagai pertolongan pertama , tidak usah membawanya eksklusif ke rumah sakit lengkap yang letaknya relatif lebih jauh karena bisa-bisa si kecil mendapat resiko yang lebih berbahaya disebabkan lambat memperoleh pertolongan pertama. ”

Diluar itu , bila kejang demam tak selekasnya mendapat penanganan semestinya , si kecil juga terancam akan terkena retardasi mental. Pasalnya , kejang demam dapat menyebabkan rusaknya beberapa sel otak anak. Kaprikornus , bila kejang itu berjalan dalam jangka waktu yang lama , jadi kemungkinan beberapa sel yang rusak juga bakal makin banyak. Bukanlah mustahil tingkat kecerdasan anak bakal alami penurunan drastis dan tak dapat lagi berkembang secara maksimal.

Bahkan sebagian duduk perkara kejang demam dapat menimbulkan epilepsi pada anak. Yang tidak kalah penting , demikian anaknya terkena kejang demam , orangtua juga harus ekstra hati-hati. Soalnya , dalam setahun pertama sesudah kejadian , kejang serupa atau jadi yang lebih hebat berpeluang terulang kembali.

Untuk menghadapinya , sediakanlah obat penurun panas dan obat antikejang yang sudah diresep-kan dokter anak. Walau begitu , orang tua janganlah kelewat khawatir. Lantaran dengan perlakuan yang tepat dan segera , kejang demam yang berjalan beberapa waktu biasanya tidak menyebabkan duduk perkara fungsi otak.

CIRI-CIRI KEJANG

Sudah pasti dalam hal semacam ini orangtua mesti dapat membaca tanda-tanda seseorang anak yang terkena kejang demam. Salah satunya :

ke-2 kaki dan tangan kaku dibarengi beberapa gerakan kejut yang kuat serta kejang-kejang selama 5 menit. bola mata berbalik ke atas
gigi terkatup
muntah
tidak jarang si anak berhenti napas sejenak.
pada beberapa duduk perkara tak dapat mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil
pada kasus berat , si kecil kerap tidak sadarkan diri. Mengenai intensitas ketika kejang juga sangatlah bervariasi , dari beberapa detik hingga puluhan menit.

TIPS ATASI KEJANG DEMAM

Berikut sebagian penjelasan wacana kejang dan demam pada anak : . Suhu tubuh normal anak sekitar pada 36-37 C. Si kecil dinyatakan demam apabila temperatur tubuhnya yang diukur melalui mulut/telinga menunjukkan angka 37 , 8 C ; melalui rektum 38 C , dan 37 , 2 C melalui ketiak. Sebelum makin tinggi , selekasnya beri obat penurun panas. .

Orangtua janganlah begitu mudah mengatakan seseorang anak demam atau bukan sekedar dengan menempelkan punggung tangannya di dahi anak. Langkah tersebut terang tak akurat lantaran sangat di pengaruhi oleh kepekaan dan suhu tubuh orangtua sendiri.

Termometer air raksa diyakini ialah langkah yang paling pas untuk mengukur suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh bakal lebih akurat apabila termometer itu diletakkan di rongga verbal atau rektum/anus dibanding ketiak.

Saat hadapi si kecil yang tengah kejang demam , sebisa-bisanya coba berlaku tenang. Sikap panik cuma bakal membuat kita tidak tahu mesti berbuat apa yang mungkin saja bakal bikin penderitaan anak lebih parah.

Jangan gunakan alkohol atau air hirau taacuh untuk menurunkan suhu tubuh anak yang sedang demam. Penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan intoksikasi/keracunan.

Lebih aman gunakan kompres air biasa yang diletakkan di dahi , ketiak , dan lipatan paha. Kompres ini bertujuan menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu ini dibutuhkan terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.

Jangan coba-coba memperlihatkan aspirin atau jenis obat lainnya yang mengandung salisilat karena diduga dapat memicu sindroma Reye , sejenis penyakit yang tergolong langka dan menghipnotis kerja lever , darah , dan otak.

Setelah anak benar-benar sadar , bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Bisa berupa jus , susu , teh , dan minuman lainnya. Dengan demikian , cairan tubuh yang menguap akhir suhu tinggi mampu cepat tergantikan.

Jangan selimuti si kecil dengan selimut tebal. Selimut dan pakaian tebal dan tertutup justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan. Pakaian ketat atau yang mengikat terlalu kencang sebaiknya ditanggalkan saja.

YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA

Segera beri obat penurun panas begitu suhu tubuh anak melewati angka 37 ,5 C.
Kompres dengan lap hangat (yang suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan si kecil). Jangan kompres dengan air hirau taacuh , karena dapat menyebabkan “korsleting”/benturan kuat di otak antara suhu panas tubuh si kecil dengan kompres hirau taacuh tadi.
Agar si kecil tidak cedera , pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada bersahabat anak. . Tak perlu menahan verbal si kecil semoga tetap terbuka dengan mengganjal/menggigitkan sesuatu di antara giginya. . Miringkan posisi tubuh si kecil semoga penderita tidak menelan cairan muntahnya sendiri yang mampu mengganggu pernapasannya.
Jangan memberi minuman/makanan segera setelah berhenti kejang karena hanya akan berpeluang membuat anak tersedak.

KEJANG TANPA DEMAM

Penyebabnya bermacam-macam. Yang penting , jangan hingga berulang dan berlangsung lama karena dapat merusak sel-sel otak. Menurut dr. Merry C. Siboro , Sp.A , dari RS Metro Medical Centre , Jakarta , kejang ialah kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak.

“Kejang-kejang kemungkinan mampu terjadi bila suhu badan bayi atau anak terlalu tinggi atau mampu juga tanpa disertai demam.”

Kejang yang disertai demam disebut kejang demam (convalsio febrilis). Biasanya disebabkan adanya suatu penyakit dalam tubuh si kecil. Misal , demam tinggi akhir abses jalan masuk pernapasan , radang indera pendengaran , abses jalan masuk cerna , dan abses jalan masuk kemih. Sedangkan kejang tanpa demam ialah kejang yang tak disertai demam. Juga banyak terjadi pada anak-anak.

BISA DIALAMI SEMUA ANAK

Kondisi kejang umum tampak dari badan yang menjadi kaku dan bola mata berbalik ke atas. Kondisi ini biasa disebut step atau kejang toniklonik (kejet-kejet). Kejang tanpa demam mampu dialami semua anak balita. Bahkan juga bayi baru lahir.

Umumnya karena ada kelainan bawaan yang mengganggu fungsi otak sehingga dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang. Bisa juga akhir stress berat lahir , adanya infeksi-infeksi pada saat-saat terakhir lahir , proses kelahiran yang susah sehingga sebagian oksigen tak masuk ke otak , atau menderita kepala besar atau kecil.

Bayi yang lahir dengan berat di atas 4.000 gram mampu juga berisiko mengalami kejang tanpa demam pada ketika melalui masa neonatusnya (28 hari sesudah dilahirkan).

“Ini biasanya disebabkan adanya riwayat ibu menderita diabetes , sehingga anaknya mengalami hipoglemi (ganggguan gula dalam darah). Dengan demikian , enggak demam pun , dia mampu kejang.”

Selanjutnya , si bayi dengan gangguan hipoglemik akhir kencing manis ini akan rentan terhadap kejang. “Contohnya , telat diberi minum saja , dia eksklusif kejang.” Uniknya , bayi prematur justru jarang sekali menderita kejang. “Penderitanya lebih banyak bayi yang cukup bulan. Diduga karena sistem sarafnya sudah tepat sehingga lebih rentan dibandingkan bayi prematur yang memang belum sempurna.”

JANGAN SAMPAI TERULANG

Penting diperhatikan , bila anak pernah kejang , ada kemungkinan dia mampu kejang lagi. Padahal , kejang tak boleh dibiarkan berulang selain juga tak boleh berlangsung lama atau lebih dari 5 menit. Bila terjadi dapat membahayakan anak.

Masalahnya , setiap kali kejang anak mengalami asfiksi atau kekurangan oksigen dalam darah. “Setiap menit , kejang mampu menimbulkan kerusakan sel-sel pada otak , karena terhambatnya anutan oksigen ke otak.

Bayangkan apa yang terjadi bila anak bolak-balik kejang , berapa ribu sel yang bakal rusak? Tak adanya anutan oksigen ke otak ini mampu menyebakan sebagian sel-sel otak mengalami kerusakan.

”Kerusakan di otak ini dapat menyebabkan epilepsi , kelumpuhan , bahkan retardasi mental. Oleh karenanya , pada anak yang pernah kejang atau berbakat kejang , hendaknya orang tua terus memantau semoga jangan terjadi kejang berulang.

DIMONITOR TIGA TAHUN

Risiko berulangnya kejang pada anak-anak , umumnya tergantung pada jenis kejang serta ada atau tidaknya kelainan neurologis berdasarkan hasil EEG (elektroensefalografi). Di antara bayi yang mengalami kejang neonatal (tanpa demam) , akan terjadi bangkitan tanpa demam dalam 7 tahun pertama pada 25% kasus. Tujuh puluh lima persen di antara bayi yang mengalami bangkitan kejang tersebut akan menjadi epilepsi.

Harus diusahakan , dalam tiga tahun sesudah kejang pertama , jangan ada kejang berikut.

Dokter akan mengawasi selama tiga tahun sesudahnya , setelah kejang pertama datang. Bila dalam tiga tahun itu tak ada kejang lagi , meski cuma dalam beberapa detik , maka untuk selanjutnya anak tersebut mempunyai prognosis baik.Artinya , tak terjadi kelainan neurologis dan mental.

Tapi , bagaimana jikalau setelah diobati , ternyata di tahun kedua terjadi kejang lagi? “Hitungannya harus dimulai lagi dari tahun pertama.”Pokoknya , jangka waktu yang dianggap aman untuk monitoring ialah selama tiga tahun setelah kejang.

Kaprikornus , selama tiga tahun setelah kejang pertama itu , si anak harus bebas kejang. Anak-anak yang bebas kejang selama tiga tahun itu dan sesudahnya , umumnya akan baik dan sembuh. Kecuali pada anak-anak yang memang semenjak lahir sudah memiliki kelainan bawaan , semisal kepala kecil (mikrosefali) atau kepala besar (makrosefali) , serta jikalau ada tumor di otak.

RAGAM PENYEBAB

“Kejang tanpa demam mampu berasal dari kelainan di otak , bukan berasal dari otak , atau faktor keturunan ,” penjabarannya satu per satu di bawah ini.

* Kelainan neurologis Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak mampu menimbulkan bangkitan kejang.

Contoh , akhir stress berat lahir , stress berat kepala , tumor otak , radang otak , perdarahan di otak , atau kekurangan oksigen dalam jaringan otak (hipoksia).

* Bukan neurologis Bisa disebabkan gangguan elektrolit darah akhir muntah dan diare , gula darah rendah akhir sakit yang lama , kurang asupan makanan , kejang lama yang disebabkan epilepsi , gangguan metabolisme , gangguan peredaran darah , keracunan obat/zat kimia , alergi dan cacat bawaan.

* Faktor keturunan Kejang akhir penyakit lain mirip epilepsi biasanya berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada karena anaknya berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.

WASPADAI DI BAWAH 6 BULAN

Orang tua harus waspada bila anak sering kejang tanpa demam , terutama di bawah usia 6 bulan , Karena kemungkinannya untuk menderita epilepsi besar.

Masalahnya , kejang pada anak di bawah 6 bulan , terutama pada masa neonatal itu bersifat khas. “Bukan hanya mirip toniklonik yang selama ini kita kenal , tapi juga dalam bentuk gerakan-gerakan lain. Misal , matanya juling ke atas lalu bergerak-gerak , bibirnya kedutan atau tangannya mirip tremor.

Dokter biasanya waspada , tapi kalau kejangnya terjadi di rumah , biasanya jarang ibu yang ngeh.” Itulah sebabnya , orang tua harus memperhatikan betul kondisi bayinya.

MENOLONG ANAK KEJANG
Jangan panik , segera longgarkan pakaiannya dan lepas atau buang semua yang menghambat jalan masuk pernapasannya. Kaprikornus kalau sedang makan tiba-tiba anak kejang , atau ada sesuatu di mulutnya ketika kejang , segera keluarkan.
Miringkan tubuh anak karena umumnya anak yang sedang kejang mengeluarkan cairan-cairan dari mulutnya. “Ini sebetulnya air liur yang banyak jumlahnya karena saraf yang mengatur kelenjar air liur tak terkontrol lagi. Kalau sedang kejang , kan , saraf pusatnya terganggu. Bukan cuma air liur , air mata pun mampu keluar.” Guna memiringkan tubuh ialah supaya cairan-cairan ini eksklusif keluar , tidak menetap di verbal yang malah berisiko menyumbat jalan masuk napas dan memperparah keadaan.
Jangan mudah percaya bahwa meminumkan kopi pada anak yang sedang kejang mampu eksklusif menghentikan kejang tersebut. “Secara medis , kopi tak berkhasiat untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan ketika anak mengalami kejang , yang malah mampu menyebabkan kematian.”
Segera bawa anak ke rumah sakit terdekat , jangan hingga otak kelamaan tak mendapat oksigen. “Usahakan lama kejang tak lebih dari tiga menit. Siapkan obat antikejang yang disarankan dokter bila anak memang pernah kejang atau punya riwayat kejang.”

PENATALAKSANAAN

Penatalaksaan kejang meliputi :

1. Penanganan ketika kejang* Menghentikan kejang : Diazepam dosis awal 0 ,3 – 0 ,5 mg/kgBB/dosis IV (Suntikan Intra Vena) (perlahan-lahan) atau 0 ,4-0 ,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang belum dapat teratasi dapat diulang dengan dosis yang sama 20 menit kemudian.

* Turunkan demam :

Anti Piretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) diberikan 3-4 kali sehari.

Kompres ; suhu >39º C dengan air hangat , suhu > 38º C dengan air biasa.

* Pengobatan penyebab : antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya.

* Penanganan sportif lainnya meliputi : bebaskan jalan nafas , pemberian oksigen , memperlihatkan keseimbangan air dan elektrolit , pertimbangkan keseimbangan tekanan darah.

2. Pencegahan Kejang* Pencegahan terpola (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0 ,3 mg/KgBB/dosis PO (Per Oral / lewat mulut) dan anti piretika pada ketika anak menderita penyakit yang disertai demam.

* Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam vaproat 15-40 mg/KgBB/dosis PO (per oral / lewat mulut) dibagi dalam 2-3 dosis.

ANAK EPILEPSI HARUS KONTROL SETIAP 3 BULAN

Mereka yang berisiko menderita epilepsi ialah anak-anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai riwayat epilepsi. Selain juga anak-anak dengan kelainan neurologis sebelum kejang pertama datang , baik dengan atau tanpa demam.

Anak yang sering kejang memang berpotensi menderita epilepsi. Tapi jangan khawatir , anak yang menderita epilepsi , kecuali yang lahir dengan kelainan atau gangguan pertumbuhan , mampu tumbuh dan berkembang mirip anak-anak lainnya. Prestasi belajar mereka tidak kalah dengan anak yang normal.

Kaprikornus , kita tak perlu mengucilkan anak epilepsi karena dia mampu berkembang normal mirip anak-anak lainnya. “Yang penting , ia tertangani dengan baik. Biasanya kalau anak itu sering kejang , dokter akan memberi obat yang mampu menjaganya supaya jangan hingga kejang lagi.

Pada anak epilepsi , fokus perawatannya ialah jangan hingga terjadi kejang lagi. Untuk itu , perlu kontrol , paling tidak setiap 3 bulan semoga monitoring dari dokter berjalan terus.”


sumber : doktersehat.com

0 comments:

Post a Comment