Friday, 15 September 2017

Katanya Allah itu Ada MANA BUKTINYA? Kenapa Tidak Bisa Kita Lihat?

Hai , |
Kisah ini termasuk kategori Raddus-Syuhubuhat (jawaban atas tuduhan) perihal Islam. Musuh-musuh Islam selalu mencari-cari permasalahan dalam agama ini yang sulit dijawab oleh nalar kita dan tujuannya semoga kaum Muslimin ragu terhadap kebenaran agama mereka , terutama dilema aqidah.

Katanya Yang Mahakuasa itu Ada , Mana Buktinya? Kenapa Tidak Bisa Kita Lihat?

Saya juga kurang ingat betul apakah ketiga cowok itu beragama Katolik atau Atheis yang anti agama. Intinya ketiga orang cowok itu ingin menguji pemahaman seorang ulama perihal Islam. Kalau ia tidak mampu menjawab ketiga pertanyaan itu , apalagi orang awam. Dan kalau tidak ada jawaban yang logis dan memuaskan , maka ada kelemahan dalam agama ini.

Ketiga cowok itu menemui sang ulama , dengan penuh yakin bahwa sang ulama tidak mampu menjawab salah satunya mulai berbicara ,

“Ya syeikh , katanya Yang Mahakuasa itu ada , mana buktinya? Kenapa tidak mampu kita lihat?”

“Cukup? Ya , ada pertanyaan lagi?” sambut ulama itu.

“Ada syeikh , katanya Yang Mahakuasa telah menentukan segalanya , termasuk amal perbuatan kita sudah ditentukan dan ditakdirkan. Kalau memang demikian , kenapa musti ada hisab? Dan kenapa musti ada hukuman bagi orang yang melaksanakan kesalahan?” cowok kedua bertanya.

“Ya bagus. Ada lagi yang ditanyakan?” tantang syeikh itu.

“Ya ada lagi syeikh. Katanya syetan itu diciptakan dari api. Dan kita tahu bahwa syetan nanti akan dimasukkan ke dalam neraka. Apa ada pengaruhnya , api dibakar dengan api?” Tanya cowok ketiga.

“Cukup atau ada lagi?”

“Cukup syeikh.”

“Ya sebentar ya…”

Sang ulama tidak menjawab melainkan mengambil beberapa genggam tanah keras lalu…
Pluk… prak…duss…
Dilemparkan tanah keras itu ke muka ketiga cowok itu , dan ketiganya meringis kesakitan. Darah pun bercucuran dari wajah mereka.

“Ya syeikh , kami bertanya baik-baik , kenapa Anda melempar kami?”

“Itu jawabannya…” jawab ulama itu.

Kedua cowok itu pergi dan eksklusif membawa kasus ini ke pengadilan. Melaporkan perbuatan ulama itu semoga diadili sebab kezhalimannya. Pengadilan mendapatkan aduannya dan ulama itu pun dipanggil.

Saat sudah berada di atas kursi terdakwa hakim mulai memproses hukumnya dan menanyakan kepada ulama itu perihal dakwaan ketiga cowok itu.

“Ya syeikh ,” kata hakim. “Benarkah Anda telah menyakiti ketiga cowok ini? Bisa Anda jelaskan?”

“Ketiga cowok itu menanyakan tiga hal dan saya telah menjawabnya.”

“Jawaban macam syeikh? Lalu kenapa mereka terluka mirip itu?”

“Ya , itu jawabannya.”

“Saya tidak mengerti , mampu Anda jelaskan?”

“Mereka bertanya bahwa Yang Mahakuasa itu ada , kalau ada , mana buktinya? Kenapa kita tidak mampu melihatnya? Sekarang saya bertanya , bagaimana rasanya saya lempar dengan tanah keras itu? Sakit?”

“Jawab wahai pemuda?” minta hakim kepada salah satunya.

“Ya sakit.”

“Kalau memang sakit , berarti sakit itu ada , kalau memang ada , mana buktinya? Kenapa saya tidak melihat ‘sakit’ itu?”

“Ini , darah ini syeikh. Darah ini tanda bahwa sakit itu ada.”

“Begitulah pak Hakim , dia tidak mampu menunjukan adanya sakit dan tidak mampu melihat sakit itu , hanya menawarkan tandanya , darah. Bahwa sesuatu yang ada tidak mesti mampu dilihat. Tapi ada tanda-tandanya. Sakit itu ada dan tidak mampu kita lihat , hanya ada buktinya , darah. Demikian halnya dengan Pencipta kita , Yang Mahakuasa Azza wa Jalla. Ia ada , namun keterbatasan kecerdikan kita tidak mampu menangkap keberadaan-Nya. Dan seluruh makhluk di jagad raya ini ialah bukti bahwa Yang Mahakuasa itu ada.”

“Bisa diterima ,” sela hakim.

“Pertanyaan yang kedua pak hakim , mereka bertanya bahwa Yang Mahakuasa telah menentukan segalanya termasuk amal perbuatan insan dan mentakdirkannya , kalau demikian , apa gunanya hisab dan kenapa mesti ada hukuman bagi orang yang berbuat salah?”

“Apa jawaban Anda syeikh?”

“Sekarang saya bertanya kepada kalian. Kalau Anda berkeyakinan mirip itu , kenapa melaporkan perbuatan saya ke pengadilan? Perbuatan saya kan sudah ditentukan?”

“Bisa diterima syeikh , ada lagi?

“Yang ketiga bertanya , syetan ialah makhluk yang diciptakan dari api , lalu di alam baka nanti akan masuk neraka dan disiksa dengan api. Dan saya telah melempar mereka dengan tanah , kita tahu bahwa mereka , kita diciptakan dari tanah , kalau memang sama-sama dari tanah kenapa mesti meringis kesakitan?”

Hakim pun mendapatkan argumentasinya dan memutuskan bebas untuk sang ulama…


Sumber: http://www.dakwatuna.com

0 comments:

Post a Comment