Wednesday, 13 September 2017

Subhanalloh Ibu ini Tetap MENDERMAKAN HARTA dibalik KETERBATASANNYA

Hai , | Seorang pedagang hewan qurban berkisah perihal pengalamannya: Seorang ibu datang memperhatikan dagangan saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan bisa membeli. Namun tetap aku coba hampiri dan menunjukkan kepadanya.
Subhanalloh , Ibu ini Tetap MENDERMAKAN HARTA dibalik KETERBATASANNYA
“Silahkan bu…” , lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya ,”kalau yang itu berapa Pak?”.
“Yang itu 700 ribu bu ,” jawab saya. “Harga pasnya berapa?” , Tanya kembali si Ibu. “600 deh , harga segitu untung aku kecil , tapi biarlah…… . “Tapi , uang aku hanya 500 ribu , boleh pak?” , pintanya. Waduh , aku gundah , alasannya yaitu itu harga modalnya , alhasil aku berembug dengan sahabat hingga alhasil diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut. Sayapun mengantar hewan qurban tersebut hingga kerumahnya , begitu tiba dirumahnya.

“Astaghfirullah…… , Allahu Akbar… , terasa menggigil seluruh badan alasannya yaitu melihat keadaan rumah ibu itu.
Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga , dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat kawasan tidur kasur , kursi ruang tamu , apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik ,. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh. Diatas dipan , tertidur seorang nenek tua kurus. “Mak…..bangun mak , nih lihat aku bawa apa?” , kata ibu itu pada nenek yg sedang rebahan hingga alhasil terbangun. “Mak , aku sudah belikan emak kambing buat qurban , nanti kita antar ke Masjid ya mak….” , kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.

Si nenek sangat terkaget meski nampak bahagia , sambil mengelus-elus kambing , nenek itu berucap , “Alhamdulillah , alhasil kesampaian juga jikalau emak mau berqurban”.
“Nih Pak , uangnya , maaf ya jikalau aku nawarnya kemurahan , alasannya yaitu aku hanya tukang cuci di kampung sini , aku sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama ibu saya….” , kata ibu itu

Kaki ini bergetar , dada terasa sesak , sambil menahan tetes air mata , aku berdoa , “Ya Allah… , Ampuni dosa hamba , hamba aib berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini , seorang yang miskin harta namun kekayaan Imannya begitu luar biasa”.
“Pak , ini ongkos kendaraannya…” , panggil ibu itu ,”sudah bu , semoga ongkos kendaraanya aku yang bayar’ , kata saya.

Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu jikalau mata ini sudah basah alasannya yaitu tak sanggup mendapat teguran dari Tuhan yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran , ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya…….

Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah , jabatan tinggi apalagi kekuasaan , kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan , namun masih saja ada kengganan untuk berkurban , padahal bisa jadi harga handphone , jam tangan , tas , ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewa
Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu jikalau mata ini sudah basah alasannya yaitu tak sanggup mendapat teguran dari Tuhan yang sudah mempertemukan dengan hambaNya yang dengan kesabaran , ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya…….

Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah , jabatan tinggi apalagi kekuasaan , kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup. Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan , namun masih saja ada kengganan untuk berkurban , padahal bisa jadi harga handphone , jam tangan , tas , ataupun aksesoris yg menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban. Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak bisa atau tidak dianggarkan.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment