Friday 5 January 2018

Hiv Aids Sanggup Di Cegah ?

Asisten peneliti mengambil darah untuk tes HIV dari penerima dalam Studi Kelompok Komunitas Rakai. Program Ilmu Kesehatan Rakai


Sekilas :
  • Kombinasi langkah-langkah pencegahan HIV secara substansial mengurangi abuh HIV gres di sebuah distrik Uganda selama periode tujuh tahun.
  • Hasilnya mengambarkan bahwa pendekatan tersebut sanggup mengurangi abuh HIV gres dalam suatu populasi.

Periset telah menemukan beberapa taktik yang sanggup membantu menghentikan penyebaran HIV, yaitu virus penyebab AIDS. Secara sukarela, secara medis dilakukan penyunatan pada pria, misalnya, secara signifikan mengurangi risiko laki-laki tertular HIV dari pasangan perempuan HIV-positifnya. Terapi antiretroviral (ART) yang mencegah penularan HIV mencegah penularan virus ke pasangan yang tidak terinfeksi. Perubahan sikap seksual, menyerupai hanya mempunyai satu pasangan seksual, juga sanggup membantu mencegah abuh HIV.

Program Ilmu Kesehatan Rakai telah bekerja untuk mencegah penyebaran HIV di distrik Rakai, Uganda. Program ini mempromosikan tes HIV, konseling, penggunaan ART, dan sunat laki-laki medis sukarela kepada penerima dalam Studi Kelompok Komunitas Rakai. Dalam sebuah analisis baru, sebuah tim yang dipimpin oleh Dr. M. Kate Grabowski di Johns Hopkins University dan Program Ilmu Kesehatan Rakai menilai keberhasilan jadwal ini. Penelitian tersebut, serta analisis baru, sebagian dibiayai oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular NIH (NIAID), Institut Kesehatan Anak dan Perkembangan Kesehatan Anak Eunice Kennedy Shriver, dan Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH). ). Hasilnya dipublikasikan pada 30 November 2017, di New England Journal of Medicine.

Analisis ini melibatkan hampir 34.000 orang, berusia 15 hingga 49 tahun, dari 30 komunitas. Setiap satu atau dua tahun dari bulan April 1999 hingga September 2016, penerima diuji untuk HIV dan melaksanakan survei wacana sikap seksual, penggunaan ART, dan status sunat laki-laki mereka.

Proporsi penerima yang hidup dengan HIV yang melaporkan menggunakan ART meningkat dari nol pada tahun 2003 menjadi 69% pada tahun 2016. Proporsi laki-laki yang disunat secara sukarela tumbuh dari 15% di tahun 1999 menjadi 59% pada tahun 2016. Proporsi cukup umur (usia 15 hingga 19) yang melaporkan bahwa tidak pernah melaksanakan relasi seks meningkat dari 30% di tahun 1999 menjadi 55% di tahun 2016. Tingkat penggunaan kondom dengan pasangan santai dan orang-orang yang melaporkan beberapa pasangan seksual sebagian besar tetap tidak berubah.

Para periset memperkirakan bahwa jumlah abuh HIV gres tahunan turun 42% - dari sekitar 1,17 per 100 orang pada tahun 2009 menjadi sekitar 0,66 per 100 pada tahun 2016. Sebagai tambahan, proporsi penerima yang hidup dengan HIV yang perawatannya menekan virus meningkat dari 42% di tahun 2009 menjadi 75% di tahun 2016.

Kejadian HIV turun paling banyak di antara laki-laki yang disunat, sebesar 57%. Kejadian HIV menurun sebesar 54% di antara semua laki-laki namun hanya 32% di antara semua wanita. Para peneliti mengantisipasi bahwa ketidakseimbangan gender ini akan ditangani di masa depan. Misalnya, profilaksis pra-paparan (PrPP) sanggup ditambahkan ke paket pencegahan HIV program.

"Kami berharap pendekatan multifaset untuk pencegahan HIV ini akan berjalan dengan baik di populasi lain menyerupai di Uganda pedesaan," kata Grabowski.

"Sebelum penelitian ini, kami tahu bahwa langkah-langkah pencegahan HIV ini bekerja pada tingkat individu, namun tidak terperinci bahwa mereka akan secara substansial mengurangi bencana HIV dalam suatu populasi - atau bahkan jikalau memungkinkan untuk melibatkan banyak orang untuk mengadopsi mereka , "Kata Direktur NIAID Dr. Anthony S. Fauci. "Analisis gres ini mengatakan bahwa meningkatkan kombinasi pencegahan HIV ialah mungkin dan sanggup mengubah gelombang epidemi."

Referensi: Upaya Pencegahan HIV dan Insiden HIV di Uganda. Grabowski MK, Serwadda DM, RH Abu-abu, Nakigozi G, Kigozi G, Kagaayi J, Ssekubugu R, Nalugoda F, Lessler J, Lutalo T, Galiwango RM, Makumbi F, Kong X, Kabatesi D, Alamo ST, Wiersma S, Sewankambo NK , Tobian AAR, Laeyendecker O, Quinn TC, Reynolds SJ, Wawer MJ, Chang LW; Program Ilmu Kesehatan Rakai. N Engl J Med . 2017 30 Nov; 377 (22): 2154-2166. doi: 10.1056 / NEJMoa1702150. PMID: 29171817

Baca juga : Reaksi alergi alasannya daging merah ?

0 comments:

Post a Comment