Showing posts with label Penelitian. Show all posts
Showing posts with label Penelitian. Show all posts

Friday, 5 January 2018

Aktivitas Fisik Merupakan Kunci Menjaga Berat Tubuh Tetap Ideal

Banyak Orang Ingin menurunkan berat tubuh dengan cara yang kurang tepat. Coba kita simak Cara menurunkan berat tubuh menurut penelitian.

Sekilas :
  1. Analisis metabolik yang hati-hati terhadap kontestan dalam kompetisi "The Biggest Loser" menemukan peningkatan acara fisik menjadi kunci untuk menjaga berat tubuh turun.
  2. Hasilnya mendukung temuan sebelumnya bahwa tingkat acara fisik yang tinggi sangat penting untuk perawatan jangka panjang berat tubuh yang hilang.

Wanita mengikat tali sepatunya
Enam tahun sesudah mengambil bab dalam acara penurunan berat badan, mereka yang mempertahankan acara fisik tingkat tinggi tidak mendapat kembali sejumlah besar berat badan.

Lebih dari 2 dari setiap 3 orang cendekia balig cukup akal di seluruh negeri kelebihan berat tubuh atau obesitas. Kelebihan berat tubuh meningkatkan risiko anda terkena duduk kasus kesehatan yang serius, termasuk penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, watu empedu, duduk kasus pernapasan, dan kanker tertentu.

Rencana makan sehat dan acara fisik rutin membantu menurunkan berat badan. Namun, menjaga berat tubuh yang hilang sulit bagi banyak orang. Bobot tubuh mencerminkan keseimbangan yang rumit antara jumlah energi yang dikonsumsi (kalori) dan jumlah energi yang dipakai oleh tubuh. Periset telah bekerja untuk memahami aspek diet dan acara fisik mana yang paling penting untuk pengendalian berat badan.

Sebuah tim yang dipimpin oleh Dr. Kevin D. Hall dari NIH National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) mempelajari penerima dalam sebuah season "The Biggest Loser," sebuah kompetisi penurunan berat tubuh di televisi. Dari 16 kompetitor yang terdaftar, 14 orang ikut serta dalam studi follow-up 6 tahun kemudian. Setelah kehilangan rata-rata sekitar 132 kilogram selama 30 ahad diet intensif dan periode latihan, banyak penerima mendapat kembali sejumlah besar berat tubuh sesudah acara selesai. Tapi ada banyak variasi di antara mereka.

Para peneliti mengeksplorasi bagaimana acara fisik dan asupan energi terkait dengan pemeliharaan berat badan. Pada awal, ahad ke 6, dan ahad ke 30 kompetisi, serta 6 tahun kemudian, tim mengukur lemak tubuh peserta, total pengeluaran energi, dan tingkat metabolisme istirahat - energi yang dibakar selama tidak aktif. Untuk menghitung tingkat acara fisik masing-masing peserta, para ilmuwan mengurangi tingkat metabolisme istirahat dari total pengeluaran energi. Mereka memilih asupan kalori dengan memakai berat tubuh yang diamati dan perubahan lemak tubuh bersamaan dengan pengukuran pengeluaran energi total. Hasilnya muncul dalam terbitan Obesitas November 2017 .

Enam tahun sesudah kompetisi, tujuh penerima mempertahankan berat tubuh rata-rata sekitar 25% dari berat awal mereka. Tujuh lainnya kembali ke berat yang berada di dalam 1% dari berat awal mereka. Asupan kalori kedua kelompok juga berkurang dari sebelum kompetisi dimulai. Perbedaan utamanya ialah pada tingkat acara fisik. Pengelola penurunan berat tubuh meningkatkan acara fisik mereka dengan rata-rata 160% dari sebelum kompetisi dimulai, sementara mereka yang memperoleh berat tubuh mereka hanya mengalami kenaikan 34%.

Para ilmuwan menghitung bahwa peningkatan acara fisik moderat sekitar 80 menit per hari atau 35 menit per hari diharapkan acara yang berpengaruh untuk mempertahankan berat tubuh yang hilang. Jumlah ini jauh lebih besar daripada rekomendasi terkini untuk acara fisik sehari-hari.

"Meskipun ini ialah penelitian kecil, ini ialah yang pertama memakai pengukuran asupan kalori dan acara fisik secara akurat dan obyektif sebelum, selama penurunan berat badan, dan bertahun-tahun kemudian," Hall mengatakan. "Temuan kami konsisten dengan penelitian lain di mana penerima yang menahan berat tubuh mereka melaporkan acara fisik secara signifikan lebih banyak daripada mereka yang mendapat kembali berat tubuh mereka."
-oleh Harrison Wein, Ph.D.

Berdasarkan penelitian di atas, sanggup di simpulkan bahwa "AKTIVITAS FISIK MERUPAKAN KUNCI UNTUK BERAT BADAN YANG IDEAL"

Baca juga : Memblokir asam lambung sanggup memicu penyakit hati kronis

Memblokir Asam Lambung Sanggup Memicu Penyakit Hati Kronis

Berdasarkan Penelitian Ternyata Obat Penekan Asam Lambung tidak baik bila sering di gunakan.
Detailnya Langsung ke TKP

Sekilas :
  1. Sebuah studi gres menemukan bahwa pembekuan asam lambung sanggup mengakibatkan pertumbuhan basil usus yang berlebih yang kemungkinan berkontribusi pada peradangan dan kerusakan hati.
  2. Temuan ini mengatakan bahwa beberapa obat asam surut (mulas) yang banyak dipakai sanggup memperburuk penyakit hati kronis.

  3. Hati mempunyai banyak fungsi penting, termasuk membantu mencerna masakan dan proses serta mendistribusikan nutrisi. Hati yang sehat dibutuhkan untuk bertahan hidup. Hati sanggup beregenerasi setelah rusak. Namun, cedera berulang atau tahan usang sanggup mengakibatkan jaringan parut terbentuk. Jaringan parut pada hati sanggup mengakibatkan sirosis, suatu kondisi di mana hati tidak sanggup berfungsi secara normal. Sirosis hati yaitu penyebab utama janjkematian di seluruh dunia.

    Banyak kondisi yang sanggup berkontribusi pada pengembangan sirosis, termasuk obesitas, yang terkait dengan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD), dan steatohepatitis non-alkohol (NASH), suatu bentuk NAFLD dimana anda juga mempunyai peradangan dan kerusakan sel hati. . Tapi penyalahgunaan alkohol menyumbang sekitar setengah dari janjkematian terkait sirosis.

    Perubahan mikroorganisme usus anda, atau mikrobiota, sanggup mempengaruhi perkembangan penyakit hati. Menyalahgunakan alkohol mengubah mikroba di usus anda. Makara bisalah kelas obat mulas yang umum dipakai disebut penghambat pompa proton (PPI), yang menghambat sekresi asam lambung. PPI sering dipakai oleh orang-orang yang mempunyai penyakit hati kronis. Namun, dampak dari pengobatan terhadap perkembangan penyakit hati ini belum diketahui.

    Bakteri tumbuh pada cawan petri
    Pada tikus, beberapa obat asam surutnya asam meningkatkan pertumbuhan basil Enterococcus, yang ditunjukkan di sini secara artifisial bercahaya merah, di usus. Bakteri ini sanggup berpindah ke hati dan mempengaruhi fungsinya. UC San Diego Kesehatan
    Untuk menyidik apakah pemblokiran asam lambung mempengaruhi penyakit hati kronis, tim yang dipimpin oleh Dr. Bernd Schnabl di Universitas California San Diego School of Medicine melihat PPI dalam model tikus dari tiga jenis penyakit hati-penyakit hati akhir alkohol, NAFLD, dan NASH - dan pada manusia. Studi ini dibiayai sebagian oleh Institut Nasional NIH perihal Penyalahgunaan Alkohol dan Alkoholisme (NIAAA). Hasil diterbitkan pada 16 Oktober 2017 di Nature Communications .

    Tim tersebut memblokir asam lambung pada tikus dengan cara genetis menghapus gen yang mengendalikan sekresi asam lambung atau dengan pertolongan omeprazol PPI (Prilosec). Kondisi hati pada ketiga model penyakit ini memburuk ketika tikus kekurangan asam lambung.

    Para peneliti menemukan bahwa tikus yang kekurangan asam lambung mempunyai tingkat basil usus yang lebih tinggi serta ketidakseimbangan di antara mikroba. Secara khusus, tikus telah meningkatkan kadar Enterococcus dalam nyali mereka. Eksperimen lebih lanjut mengemukakan bahwa basil ini sanggup mencapai hati, dimana sanggup mengakibatkan radang hati dan kerusakan.

    Tim melihat apakah orang yang menggunakan PPI mempunyai perubahan mikrobiota yang serupa. Mereka mengumpulkan sampel tinja dari orang sehat sebelum dan sehabis perawatan PPI. Setelah dua minggu, mereka yang menggunakan pengobatan PPI juga mempunyai jumlah Enterococcus yang lebih tinggi .

    Para peneliti selanjutnya menyidik apakah mungkin ada kaitan antara PPI dan pengembangan penyakit hati alkoholik. Mereka melihat 4.830 pasien dengan diagnosis gangguan penggunaan alkohol. Di antaranya, 36% menggunakan PPI. Analisis mengatakan bahwa penggunaan PPI meningkatkan risiko penyakit HIV selama 10 tahun (20,7% untuk pengguna aktif; 16,1% untuk pengguna sebelumnya; 12,4% untuk mereka yang tidak pernah menggunakan PPI).

    "Temuan kami mengatakan bahwa kenaikan penggunaan obat penekan asam [perut] baru-baru ini mungkin telah berkontribusi terhadap peningkatan insiden penyakit hati kronis," kata Schnabl. "Kami yakin dokter harus mempertimbangkan untuk menahan obat yang menekan asam lambung kecuali ada indikasi medis yang kuat."
    -Tianna Hicklin, Ph.D.

Apa Itu Penyakit Creutzfeldt-Jacob?

Prion ditemukan di kulit orang-orang dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob

Sekilas

  • Periset mendeteksi protein prion asing di kulit hampir dua lusin orang yang meninggal akhir penyakit Creutzfeldt-Jakob.
  • Hasilnya menawarkan bahwa sampel kulit sanggup dipakai untuk mendeteksi penyakit prion.


Otak seorang pasien yang meninggal akhir CJD sporadis (atas) muncul hampir identik dengan otak tikus yang diinokulasi dengan prion infeksius yang diambil dari kulit pasien yang meninggal akhir penyakit (bawah). Case Western Reserve University

Penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD) ialah salah satu dari banyak jenis penyakit prion manusia. Penyakit prion insan ialah penyakit otak yang mengakibatkan demensia dan tanda-tanda neurologis lainnya. Mereka disebabkan oleh protein yang biasanya tidak berbahaya yang menjadi cacat, berkerumun, dan terakumulasi di otak. Akumulasi gugus ini dikaitkan dengan kerusakan jaringan yang mengakibatkan lubang menyerupai spons di otak. Penyakit prion insan sulit untuk didiagnosis, tidak sanggup diobati, dan fatal.
Penyakit Creutzfeldt-Jakob sanggup terjadi secara sporadis atau diwariskan. CJD sporadis ialah penyakit prion insan yang paling umum. Hal ini disebabkan oleh transformasi impulsif prion normal ke yang abnormal. CJD sporadis mensugesti kira-kira satu per juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Sementara penyakit prion sebagian besar terkait dengan otak, ilmuwan telah menemukan protein prion infektif asing di organ lain, termasuk limpa, ginjal, paru-paru, dan hati. CJD diketahui sanggup ditularkan melalui alat medis atau jaringan yang terinfeksi selama mekanisme medis invasif, menyerupai yang melibatkan sistem saraf sentra dan kornea. Potensi penularan melalui mekanisme yang melibatkan kulit tetap tidak jelas.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Byron Caughey dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular NIH (NIAID) dan Drs. Wenquan Zou dan Qingzhong Kong di Case Western Reserve University School of Medicine menguji protein prion asing di kulit orang-orang yang meninggal akhir CJD. Mereka memakai tes yang disebut Real-Time Quaking-Induced Conversion (RT-QuIC) yang dikembangkan oleh kelompok Caughey di Laboratorium Rocky Mountain milik NIAID. Hasil diterbitkan pada 22 November 2017, dalam Science Translational Medicine .
Para ilmuwan menganalisis sampel jaringan kulit dari 38 pasien-21 yang telah meninggal akhir CJD sporadik, 2 dari bentuk CJD lain, dan 15 yang meninggal lantaran karena lain. Sampel berasal dari atas kepala, di bersahabat telinga, dan punggung bawah. Mereka juga menganalisis jaringan otak.
RT-QuIC benar mendeteksi protein prion asing pada sampel kulit dari setiap orang dengan CJD namun tidak ada sampel dari kelompok non-CJD. Namun, tidak ada satu lokasi kulit pada penderita CJD yang selalu positif. Dari tiga area kulit, tempat bersahabat indera pendengaran mempunyai acara tertinggi dan paling konsisten dalam tes RT-QuIC (94%). Secara keseluruhan, acara pada sampel kulit orang dengan CJD ialah 1.000 hingga 100.000 kali lebih rendah daripada pada sampel jaringan otak.
Para ilmuwan selanjutnya menginokulasi tikus "manusia" (direkayasa untuk menciptakan protein prion manusia) dengan ekstrak otak atau kulit dari dua orang dengan CJD sporadik. Semua tikus menyebarkan penyakit prion dan mempunyai degenerasi otak dan tanda-tanda lainnya. Namun, penyakit ini memakan waktu sekitar dua kali lebih usang (sekitar 400 hari) untuk berkembang pada tikus yang mendapatkan ekstrak kulit.
"Perspektif penting dikala menafsirkan hasil ini," Caughey mencatat. "Penelitian ini memakai tikus buatan insan dengan ekstrak jaringan yang diinokulasi eksklusif ke otak, sehingga sistem ini sangat prima untuk infeksi. Tidak ada bukti bahwa penularan sanggup terjadi dalam situasi dunia faktual melalui kontak kulit biasa. Namun, akibatnya menjadikan pertanyaan transmisi yang memerlukan penelitian lebih lanjut. "Misalnya, mekanisme medis tertentu yang melibatkan kulit mungkin menjadikan beberapa risiko penularan.
Temuan ini menawarkan bahwa RT-QuIC sanggup dipakai dengan sampel jaringan kulit sebagai tes diagnostik untuk penyakit prion. Para ilmuwan kini menilik kapan dan di mana protein prion patologis muncul di kulit, dan bagaimana cara melumpuhkan bentuk infeksinya. 

Jalan Kaki Dapat Menyembuhkan Penyakit Arteri Perifer


Sekilas
  • Sebuah studi ihwal orang-orang dengan penyakit arteri perifer memperlihatkan bahwa latihan treadmill selama 12 ahad memperbaiki jarak berjalan kaki, namun sebuah obat yang disebut faktor stimulasi koloni granulosit-makrofag (GM-CSF) tidak melakukannya.
  • Temuan dari penelitian sebelumnya mempunyai hasil yang beragam, dengan beberapa memperlihatkan bahwa GM-CSF sanggup membantu mengobati penyakit ini.
  • Pasangan Senior African American berjalan melalui hutan
  • Program latihan treadmill membantu memperbaiki jarak berjalan di antara orang-orang dengan penyakit arteri perifer.

Penyumbatan di arteri yang memasok darah ke kaki biasa terjadi pada orang remaja yang lebih tua. Kondisi ini, yang dikenal sebagai penyakit arteri perifer, disebabkan oleh plak yang terbentuk di arteri. Plak ini sanggup mengurangi fatwa darah. Bila itu terjadi, otot dan jaringan lainnya tidak sanggup mendapatkan oksigen dan nutrisi yang mereka butuhkan dari darah. Karena olahraga meningkatkan kebutuhan oksigen, berjalan sanggup memicu tanda-tanda ibarat kelelahan dan rasa sakit di kaki. Setelah beristirahat selama beberapa menit, orang-orang dengan penyakit arteri perifer memperhatikan bahwa nyeri kaki biasanya memudar lantaran fatwa darah dan pengiriman oksigen kembali cukup.

Studi sebelumnya terhadap orang remaja dengan penyakit arteri perifer menyarankan bahwa obat yang disebut granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) sanggup membantu mereka berjalan lebih jauh tanpa kelelahan dan rasa sakit. GM-CSF memobilisasi sel induk di sumsum tulang untuk pindah ke fatwa darah. Penelitian pada binatang memperlihatkan bahwa sel punca ini, yang memproduksi sel darah putih, mungkin mempunyai banyak acara yang sanggup memperbaiki kesehatan pembuluh darah perifer.

Dr. Mary M. McDermott di Universitas Northwestern Feinberg School of Medicine memimpin sebuah penelitian untuk memilih apakah GM-CSF dikombinasikan dengan olahraga sanggup memperbaiki jarak berjalan di antara orang-orang dengan penyakit arteri perifer. Penelitian ini didukung oleh NIH National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dan National Institute on Aging (NIA). Hasilnya muncul secara online di Journal of American Medical Association pada tanggal 15 November 2017.

Para peneliti secara acak menugaskan 210 orang renta yang mempunyai penyumbatan di arteri kaki mereka ke dalam satu dari empat kelompok: GM-CSF dan latihan treadmill, GM-CSF saja (dengan kelas pendidikan kesehatan yang bertugas sebagai plasebo untuk latihan treadmill), latihan treadmill sendiri ( dengan obat plasebo), atau kelas pendidikan kesehatan sendiri (dengan obat plasebo). Peserta mendapatkan GM-CSF atau plasebo selama dua minggu. Orang-orang dalam dua kelompok yang menjalani latihan treadmill bekerja dengan hebat fisiologi latihan tiga kali per ahad selama enam bulan, bekerja hingga 50 menit berjalan per sesi.

Para peneliti membandingkan sejauh mana masing-masing akseptor sanggup berjalan dalam 6 menit sebelum perawatan dan sehabis 12 minggu. Seperti yang diharapkan, berolahraga saja memperbaiki jarak berjalan lebih jauh dari kelas kesehatan saja. Tanpa diduga, penggabungan GM-CSF dengan latihan treadmill tidak memperbaiki jarak tempuh 6 menit lebih banyak dibanding latihan treadmill saja. Jarak jalan kaki juga tidak diperbaiki untuk GM-CSF.

"Ada banyak minat dalam terapi sel induk, dan ini yaitu percobaan terapi jenis ini yang dilakukan hingga ketika ini pada orang-orang dengan penyumbatan di arteri kaki mereka," McDermott mengatakan. "Sangat mengecewakan bahwa kami tidak melihat manfaat dari ini lantaran terapi yang sangat sedikit tersedia untuk pasien dengan penyakit arteri perifer, dan penelitian sebelumnya menyarankan bahwa obat ini mungkin bermanfaat. Penelitian lebih lanjut diharapkan untuk mengidentifikasi terapi gres yang efektif. "

"Meskipun percobaan ini tidak memperlihatkan manfaat pemanis dari mobilisasi sel induk oleh GM-CSF pada individu dengan [penyakit arteri perifer], namun hal itu sekali lagi menegaskan manfaat latihan pada kapasitas berjalan yang telah diamati pada penelitian sebelumnya," kata Dr. Diane Reid dari NHLBI "Pelaporan segera hasil uji klinis negatif, ibarat yang dilakukan di sini, memperlihatkan isu berharga untuk memandu arah penelitian masa depan ihwal terapi gres yang potensial."
-oleh Geri Piazza

Hiv Aids Sanggup Di Cegah ?

Asisten peneliti mengambil darah untuk tes HIV dari penerima dalam Studi Kelompok Komunitas Rakai. Program Ilmu Kesehatan Rakai


Sekilas :
  • Kombinasi langkah-langkah pencegahan HIV secara substansial mengurangi abuh HIV gres di sebuah distrik Uganda selama periode tujuh tahun.
  • Hasilnya mengambarkan bahwa pendekatan tersebut sanggup mengurangi abuh HIV gres dalam suatu populasi.

Periset telah menemukan beberapa taktik yang sanggup membantu menghentikan penyebaran HIV, yaitu virus penyebab AIDS. Secara sukarela, secara medis dilakukan penyunatan pada pria, misalnya, secara signifikan mengurangi risiko laki-laki tertular HIV dari pasangan perempuan HIV-positifnya. Terapi antiretroviral (ART) yang mencegah penularan HIV mencegah penularan virus ke pasangan yang tidak terinfeksi. Perubahan sikap seksual, menyerupai hanya mempunyai satu pasangan seksual, juga sanggup membantu mencegah abuh HIV.

Program Ilmu Kesehatan Rakai telah bekerja untuk mencegah penyebaran HIV di distrik Rakai, Uganda. Program ini mempromosikan tes HIV, konseling, penggunaan ART, dan sunat laki-laki medis sukarela kepada penerima dalam Studi Kelompok Komunitas Rakai. Dalam sebuah analisis baru, sebuah tim yang dipimpin oleh Dr. M. Kate Grabowski di Johns Hopkins University dan Program Ilmu Kesehatan Rakai menilai keberhasilan jadwal ini. Penelitian tersebut, serta analisis baru, sebagian dibiayai oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular NIH (NIAID), Institut Kesehatan Anak dan Perkembangan Kesehatan Anak Eunice Kennedy Shriver, dan Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH). ). Hasilnya dipublikasikan pada 30 November 2017, di New England Journal of Medicine.

Analisis ini melibatkan hampir 34.000 orang, berusia 15 hingga 49 tahun, dari 30 komunitas. Setiap satu atau dua tahun dari bulan April 1999 hingga September 2016, penerima diuji untuk HIV dan melaksanakan survei wacana sikap seksual, penggunaan ART, dan status sunat laki-laki mereka.

Proporsi penerima yang hidup dengan HIV yang melaporkan menggunakan ART meningkat dari nol pada tahun 2003 menjadi 69% pada tahun 2016. Proporsi laki-laki yang disunat secara sukarela tumbuh dari 15% di tahun 1999 menjadi 59% pada tahun 2016. Proporsi cukup umur (usia 15 hingga 19) yang melaporkan bahwa tidak pernah melaksanakan relasi seks meningkat dari 30% di tahun 1999 menjadi 55% di tahun 2016. Tingkat penggunaan kondom dengan pasangan santai dan orang-orang yang melaporkan beberapa pasangan seksual sebagian besar tetap tidak berubah.

Para periset memperkirakan bahwa jumlah abuh HIV gres tahunan turun 42% - dari sekitar 1,17 per 100 orang pada tahun 2009 menjadi sekitar 0,66 per 100 pada tahun 2016. Sebagai tambahan, proporsi penerima yang hidup dengan HIV yang perawatannya menekan virus meningkat dari 42% di tahun 2009 menjadi 75% di tahun 2016.

Kejadian HIV turun paling banyak di antara laki-laki yang disunat, sebesar 57%. Kejadian HIV menurun sebesar 54% di antara semua laki-laki namun hanya 32% di antara semua wanita. Para peneliti mengantisipasi bahwa ketidakseimbangan gender ini akan ditangani di masa depan. Misalnya, profilaksis pra-paparan (PrPP) sanggup ditambahkan ke paket pencegahan HIV program.

"Kami berharap pendekatan multifaset untuk pencegahan HIV ini akan berjalan dengan baik di populasi lain menyerupai di Uganda pedesaan," kata Grabowski.

"Sebelum penelitian ini, kami tahu bahwa langkah-langkah pencegahan HIV ini bekerja pada tingkat individu, namun tidak terperinci bahwa mereka akan secara substansial mengurangi bencana HIV dalam suatu populasi - atau bahkan jikalau memungkinkan untuk melibatkan banyak orang untuk mengadopsi mereka , "Kata Direktur NIAID Dr. Anthony S. Fauci. "Analisis gres ini mengatakan bahwa meningkatkan kombinasi pencegahan HIV ialah mungkin dan sanggup mengubah gelombang epidemi."

Referensi: Upaya Pencegahan HIV dan Insiden HIV di Uganda. Grabowski MK, Serwadda DM, RH Abu-abu, Nakigozi G, Kigozi G, Kagaayi J, Ssekubugu R, Nalugoda F, Lessler J, Lutalo T, Galiwango RM, Makumbi F, Kong X, Kabatesi D, Alamo ST, Wiersma S, Sewankambo NK , Tobian AAR, Laeyendecker O, Quinn TC, Reynolds SJ, Wawer MJ, Chang LW; Program Ilmu Kesehatan Rakai. N Engl J Med . 2017 30 Nov; 377 (22): 2154-2166. doi: 10.1056 / NEJMoa1702150. PMID: 29171817

Baca juga : Reaksi alergi alasannya daging merah ?

Kasus Anafilaksis Yang Tidak Sanggup Dijelaskan Terkait Dengan Alergi Daging Merah

Alergi daging merah langka yang dimulai sehabis digigit oleh tanda bintang tunggal sanggup menyebabkan kasus anafilaksis berulang yang tidak sanggup dijelaskan. Ribeirorocha / iStock / Thinkstock

Sekilas :
  • Periset mengidentifikasi penyebab beberapa episode anafilaksis berulang kali pada pasien: alergi daging merah yang terkait dengan jenis gigitan kutu tertentu.
  • Studi tersebut menawarkan bahwa orang yang telah mengulangi, anafilaksis yang tidak sanggup dijelaskan harus diuji untuk alergi langka ini.

Anafilaksis ialah reaksi alergi yang mengancam jiwa yang sanggup menyebabkan jalan napas anda menyempit dan tekanan darah anda turun sangat rendah. Beberapa orang mengulangi episode anafilaksis sebab alasan yang tidak diketahui. Alergi masakan ialah penyebab umum anafilaksis; Namun, tidak selalu gampang untuk mengidentifikasi masakan yang anda alergi. Menghindari pemicu alergi anda ialah cara terbaik untuk mencegah anafilaksis.

Periset baru-baru ini menemukan alergi daging merah langka yang dimulai sehabis digigit kutu bintang tunggal. Alerginya ialah molekul gula yang disebut galaktosa-α-1,3-galaktosa, atau alfa-gal, yang ditemukan pada daging sapi, babi, domba, dan daging merah lainnya.

Sulit untuk mengidentifikasi alergi ini sebab penundaan waktu yang tidak biasa sebelum tanda-tanda muncul. Reaksi alergi terhadap alfa-gal biasanya terjadi antara 3 hingga 6 jam sehabis makan daging merah. Sebaliknya, reaksi terhadap masakan penyebab alergi yang paling umum, menyerupai kacang atau kerang, dimulai sekitar 5 hingga 30 menit sehabis seseorang terpapar.

Untuk mengetahui alergi alpha-gal sebagai penyebab kemungkinan anafilaksis berulang yang tidak sanggup dijelaskan, tim yang dipimpin oleh Dr. Dean D. Metcalfe di Institut Perilaku Alergi dan Penyakit Menular Nasional NIH (NIAID) menganalisis 70 pasien yang telah didiagnosis dengan anafilaksis idiopatik. Idiopatik berarti penyebab tidak sanggup diidentifikasi. Penelitian ini didukung oleh NIAID. Hasilnya dipublikasikan dalam Alergi pada 21 November , pada 2017.

Para peneliti mendaftarkan 46 perempuan dan 24 laki-laki berusia antara 15 dan 70 tahun. Enam akseptor laki-laki remaja mempunyai antibodi IgE - protein imun yang terkait dengan alergi - dengan alpha-gal dalam darah mereka. Masing-masing laki-laki mempunyai riwayat gigitan kutu dan tinggal di negara penggalan daerah bintang tunggal berdetak berada. Setelah menerapkan diet bebas daging sapi, babi, domba, dan daging rusa, tidak satupun akseptor mengalami anafilaksis pada periode yang diikuti untuk studi ini (18 bulan hingga 3 tahun).

Di antara enam akseptor dengan alergi alpha-gal, dua juga mempunyai kondisi langka yang disebut mastocytosis sistemik malang, atau ISM. Orang dengan ISM mempunyai jumlah sel mast yang abnormal, homogen sel kekebalan yang berkontribusi terhadap anafilaksis dan tanda-tanda alergi lainnya dengan melepaskan histamin dan materi kimia lainnya yang menyebabkan peradangan. Peserta ISM mempunyai reaksi yang lebih parah daripada mereka yang tidak mempunyai ISM, walaupun mereka mempunyai tingkat antibodi yang lebih rendah terhadap alpha-gal.

"Alergi alfa-gal sepertinya merupakan alasan lain untuk melindungi diri dari gigitan kutu," kata Direktur NIAID Dr. Anthony S. Fauci.

"Kami sering menganggap kutu sebagai pembawa penyakit menular, menyerupai penyakit Lyme, namun penelitian tersebut sangat menyarankan biar gigitan dari spesies kutu tertentu ini sanggup menyebabkan alergi yang tidak biasa ini," terang rekan penulis Dr. Melody C. Carter di NIAID. . "Asosiasi semakin jelas, tapi kita masih perlu mengetahui secara sempurna bagaimana kedua insiden ini terkait dan mengapa beberapa orang dengan paparan gigitan kutu yang serupa sepertinya lebih rentan untuk menyebarkan alergi alfa-galaksi daripada yang lain."

Referensi: Identifikasi sensitivitas alpha-gal pada pasien dengan diagnosis anafilaksis idiopatik . MC Carter, Ruiz-Esteves KN, Pekerja L, Lieberman P, Platts-Mills TAE, Metcalfe DD. Alergi . 2017 21 November doi: 10.1111 / all.13366. [Epub depan cetak] PMID: 29161766.

Baca juga : bagaimana reaksi alergi masakan pada anak ?

Thursday, 4 January 2018

Bagaimana Faktor Makanan Mensugesti Risiko Penyakit?


Wanita muda di toko melihat apel
Rencana makan yang sehat menurunkan risiko penyakit jantung dan kondisi kesehatan lainnya. m-imagephotography / iStock / Thinkstock

Sekilas :

  • Periset menemukan bahwa makan terlalu banyak atau terlalu sedikit kuliner dan nutrisi tertentu sanggup meningkatkan risiko kematian akhir penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.
  • Hasil ini mengatakan cara untuk mengubah kebiasaan makan yang sanggup membantu meningkatkan kesehatan.

Memiliki terlalu banyak gula, garam, atau lemak dalam kuliner anda sanggup meningkatkan risiko penyakit tertentu. Makan sehat sanggup menurunkan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kondisi kesehatan lainnya. Rencana makan yang sehat menekankan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak atau rendah lemak; termasuk daging tanpa lemak, unggas, ikan, kacang-kacangan, telur, dan kacang-kacangan; dan membatasi lemak jenuh dan trans, natrium, dan gula tambahan.

Penyakit kardiometabolik utama - penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2 - menyebabkan beban kesehatan dan ekonomi yang substansial pada masyarakat. Untuk lebih memahami bagaimana komponen kuliner yang berbeda mempengaruhi risiko kematian akhir penyakit ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Dariush Mozaffarian dari Tufts University menganalisis data dari Survei Kesehatan dan Gizi Nasional CDC (NHANES) dan data kematian spesifik penyakit nasional. Penelitian ini didukung oleh NIH National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI). Hasilnya muncul pada 7 Maret 2017, di Journal of American Medical Association .

Para peneliti menyidik korelasi dari 10 kuliner dan nutrisi yang berbeda dengan kematian terkait dengan penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Mereka juga membandingkan data wacana usia, jenis kelamin, etnis, dan pendidikan peserta. Mereka menemukan bahwa hampir setengah dari semua kematian di Amerika Serikat pada tahun 2012 yang disebabkan oleh penyakit kardiometabolik dikaitkan dengan kebiasaan makan suboptimal. Dari 702.308 kematian orang remaja akhir penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2, 318.656 (45%) dikaitkan dengan konsumsi kuliner tertentu dan nutrisi yang tidak memadai yang secara luas dianggap penting untuk hidup sehat, dan konsumsi hiperbola dari kuliner lain yang tidak.

Persentase kematian akhir penyakit kardiometabolik tertinggi (9,5%) bekerjasama dengan konsumsi natrium berlebih. Tidak cukup makan kacang dan biji (8,5%), omega-3 kuliner maritim (7,8%), sayuran (7,6%), buah-buahan (7,5%), biji-bijian (5,9%), atau lemak tak jenuh ganda (2,3%) juga meningkatkan risiko kematian dibandingkan dengan orang yang mempunyai asupan kuliner / nutrisi yang optimal. Mengkonsumsi terlalu banyak daging olahan (8,2%), minuman bergula (7,4%), dan daging merah yang tidak diolah (0,4%) juga meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian terkait diabetes tipe 2.

Studi tersebut mengatakan bahwa proporsi kematian yang terkait dengan diet suboptimal bervariasi di antara kelompok demografis. Misalnya, proporsinya lebih tinggi di kalangan laki-laki daripada wanita; antara kulit gelap dan Hispanik dibandingkan dengan kulit putih; dan di antara mereka yang mempunyai tingkat pendidikan rendah.

"Studi ini tetapkan jumlah kematian kardiometabolik yang sanggup dikaitkan dengan kebiasaan makan orang Amerika, dan jumlahnya sangat besar," terperinci Dr. David Goff, eksekutif Divisi NHLBI dari Ilmu Kardiovaskular. "Kedua, ini mengatakan bagaimana pengurangan baru-baru ini dalam kematian terkait dengan perbaikan dalam makanan, dan korelasi ini kuat. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan dalam mencegah penyakit jantung, tapi kita juga tahu bahwa kebiasaan makan yang lebih baik sanggup memperbaiki kesehatan kita dengan cepat, dan kita sanggup bertindak menurut pengetahuan itu dengan menciptakan dan membangun perubahan kecil yang bertambah seiring berjalannya waktu. "

Temuan ini didasarkan pada rata-rata populasi dan tidak spesifik terhadap risiko individu seseorang. Banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap risiko penyakit pribadi, termasuk faktor genetik dan tingkat acara fisik. Individu harus berkonsultasi dengan profesional perawatan kesehatan mengenai kebutuhan kuliner mereka.
-Tianna Hicklin, Ph.D.

Referensi: Asosiasi Antara Faktor Diet dan Kematian Dari Penyakit Jantung, Stroke, dan Diabetes Tipe 2 di Amerika Serikat. Micha R, Peñalvo JL, Cudhea F, Imamura F, CD Rehm, Mozaffarian D. JAMA . 2017 Mar 7; 317 (9): 912-924. doi: 10.1001 / jama.2017.0947. PMID: 28267855

Baca juga : Artikel Kesehatan Tentang Stroke

Pankreas Bionik Mengobati Orang Remaja Dengan Diabetes Tipe 1

Sekilas :

  • Sistem pionisme bionik meningkatkan kontrol glukosa darah pada orang remaja dengan diabetes tipe 1 lebih baik daripada terapi pompa insulin konvensional.
  • Diperlukan penelitian yang lebih besar dan lebih usang untuk menilai lebih lanjut manfaat dan risiko sistem otomatis.



Ilustrasi sistem pankreas bionik
Sistem pankreas bionik meliputi monitor glukosa yang berkesinambungan dan aplikasi ponsel arif yang terhubung secara nirkabel dengan pompa insulin dan glukagon. Paten untuk sistem telah dilisensikan ke Beta Bionics. Raj Setty, Universitas Boston

Diabetes ialah kelainan pada kadar glukosa darah. Glukosa ialah gula yang berfungsi sebagai materi bakar bagi tubuh. Ketika kadar glukosa darah naik, sel beta di pankreas biasanya menciptakan dan mengeluarkan hormon insulin, yang memicu sel-sel di seluruh tubuh untuk mengambil gula dari darah.

Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh sendiri menyerang dan menghancurkan sel beta. Orang dengan diabetes tipe 1 memerlukan insulin untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam kisaran tertentu untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa. Perawatan ketika ini untuk diabetes tipe 1 meliputi penghitungan karbohidrat, pemantauan glukosa darah secara hati-hati, dan pembiasaan takaran insulin sebagai respons.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Drs. Steven J. Russell dari Massachusetts General Hospital dan Edward R. Damiano dan Firas El-Khatib dari Universitas Boston berbagi dan menguji pankreas bionik. Sistem terdiri dari ponsel cerdas yang berkomunikasi tanpa kabel dengan 2 pompa. Pompa mengirimkan insulin atau glukagon (hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah) melalui tubing yang terjadi di bawah kulit. Hormon diberikan menurut pembacaan yang diberikan ke telepon arif setiap 5 menit dari monitor glukosa yang berkesinambungan. Dalam studi jangka pendek sebelumnya, para ilmuwan mengatakan bahwa perangkat tersebut sanggup mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal pada orang remaja dan belum dewasa di lingkungan yang terkendali dengan hati-hati.

Dalam studi gres mereka, tim tersebut menetapkan untuk menilai keamanan dan keefektifan sistem di lingkungan rumah. Penelitian ini didukung oleh Institut Nasional Diabetes dan Pencernaan dan Penyakit Ginjal NIH (NIDDK) dan Pusat Nasional untuk Memajukan Ilmu Translasi (NCATS). Hasilnya dipublikasikan online pada 20 Desember 2016 di Lancet.

Para ilmuwan mendaftarkan 39 orang remaja dengan diabetes tipe 1. Peserta secara acak mendapatkan pankreas bionik atau perawatan biasa (terapi pompa insulin konvensional atau sensor-augmented). Mereka menuntaskan satu perawatan selama 11 hari, dan kemudian lainnya untuk periode yang sama. Peserta dipantau dari jarak jauh. Mereka melaksanakan acara normal selama kedua perawatan tersebut, termasuk atletik dan mengemudi.

Para peneliti menemukan bahwa akseptor mempunyai regulasi glukosa darah yang lebih baik dengan pankreas bionik. Mereka mempunyai kadar glukosa darah rata-rata lebih rendah (141 mg / dl vs 162 mg / dl). Mereka juga menghabiskan lebih sedikit waktu dengan kadar gula darah kurang dari 60 mg / dl (0,6% vs 1,9%). Tidak ada imbas samping yang serius atau tak terduga dalam fase pion pankreas bionik, walaupun lebih banyak akseptor mengalami mual.

"Sistem ini tidak memerlukan isu selain berat tubuh pasien untuk memulai, jadi akan memerlukan sedikit waktu dan perjuangan oleh petugas kesehatan untuk memulai perawatan. Dan alasannya ialah tidak diharapkan penghitungan karbohidrat, ini secara signifikan mengurangi beban pada pasien yang terkait dengan administrasi diabetes, "kata Russell.

NIH merencanakan penelitian yang lebih besar dan lebih usang untuk menilai lebih lanjut manfaat dan risiko pankreas bionik otomatis.
-oleh Carol Torgan, Ph.D.

Referensi:

Penggunaan pankreas bionik bihormonal versus terapi pompa insulin pada orang remaja dengan diabetes tipe 1: percobaan crossover multisenter acak. El-Khatib FH, Balliro C, Hillard MA, Magyar KL, Ekhlaspour L, Sinha M, Mondesir D, Esmaeili A, Hartigan C, Thompson MJ, Malkani S, Kunci JP, Harlan DM, Clinton P, Frank E, Wilson DM, DeSalvo D, Norlander L, Ly T, Buckingham BA, Diner J, Dezube M, Young LA, Goley A, Kirkman MS, Buse JB, Zheng H, Selagamsetty RR, Damiano ER, Russell SJ. Lancet . 2016 Des 20. pii: S0140-6736 (16) 32567-3. doi: 10.1016 / S0140-6736 (16) 32567-3. [Epub di depan cetak]. PMID: 28007348


Meminimalkan Operasi Untuk Melanoma Yang Telah Menyebar

Sekilas :

  • Pada orang dengan melanoma yang telah menyebar ke kelenjar getah bening, segera menghapus semua kelenjar getah bening di dekatnya mungkin tidak memperpanjang umur.
  • Temuan ini sanggup mengubah bagaimana andal bedah menciptakan keputusan perihal tingkat awal operasi untuk orang dengan melanoma.

Praktik standar ketika melanoma telah menyebar ke setidaknya satu kelenjar getah bening ialah bahwa semua kelenjar getah bening di dekatnya segera dikeluarkan. Megaflop / iStock / Thinkstock

Melanoma ialah jenis kanker kulit yang paling serius. Ini lebih mungkin daripada menyerang jaringan terdekat dan menyebar. Hal ini sanggup menyebar ke kelenjar getah bening, yang merupakan bab dari sistem kekebalan tubuh, dan kemudian ke bab badan lainnya melalui pembuluh getah bening. Jika kanker ditemukan di kelenjar getah bening, pilihan terapi mungkin lebih agresif.

Saat melanoma didiagnosis, dokter melaksanakan biopsi kelenjar getah bening sentinel. Pasien mendapatkan suntikan senyawa pelacak di akrab tumor. Zat ini mengalir melalui pembuluh getah bening ke kelenjar getah bening terdekat atau nodus. Inilah nodus yang paling mungkin terkena kanker. Dokter bedah hanya menghilangkan nodus dengan zat pelacakan.

Jika tes laboratorium tidak mendeteksi sel kanker di kelenjar getah bening sentinel, maka tidak perlu dilakukan pembedahan lagi. Jika sel kanker ditemukan, rekomendasi standarnya ialah untuk menyingkirkan sisa kelenjar getah bening di cluster tersebut. Melepaskan sekelompok kelenjar getah bening di leher, ketiak, selangkangan, atau area lainnya sanggup menjadikan imbas samping. Cairan getah bening bisa terbentuk di jaringan di dekatnya, menjadikan pembengkakan dan nyeri jangka panjang. Menghapus kelenjar getah bening sentinel dan bukan sekelompok kelenjar getah bening sangat mengurangi kemungkinan imbas samping.
Kemampuan sel kanker untuk bergerak dan menyebar bergantung pada struktur ibarat podosom (kuning), yang ditunjukkan di sini pada sel melanoma. Julio C. Valencia / NCI Pusat Penelitian Kanker

Periset meluncurkan sebuah penelitian untuk mengetahui apakah segera menyingkirkan sekumpulan simpul di dekatnya memungkinkan pasien dengan nodus sentinel yang mengandung kanker sanggup hidup lebih usang dari pada yang hanya mempunyai nodus sentinel yang dikeluarkan. Studi internasional yang dilakukan di 63 sentra tersebut, dipimpin oleh Dr. Mark Faries di John Wayne Cancer Institute di Santa Monica, California. Faries kini ada di Center Clinic and Research Institute, sebuah afiliasi dari Cedars-Sinai. Penelitian ini didukung sebagian oleh National Cancer Institute (NCI) NIH. Hasilnya muncul di New England Journal of Medicine pada tanggal 8 Juni 2017.

Para peneliti merekrut lebih dari 1.900 pasien sesudah kelenjar getah bening sentinel mereka dikeluarkan dan mengatakan adanya kanker. Pasien tidak mempunyai bukti klinis keterlibatan kelenjar getah bening lainnya. Mereka dibagi secara acak menjadi dua kelompok. Kelompok operasi segera mempunyai cluster simpul yang tersisa di tempat tersebut segera dilepas. Untuk kelompok observasi, kelompok yang tersisa di akrab kelenjar getah bening disingkirkan hanya jikalau tanda klinis kanker muncul di kemudian hari selama investigasi lanjutan.

Analisis mengatakan bahwa kelompok operasi segera tidak hidup lebih usang dari kelompok observasi. Temuan mengatakan bahwa tidak ada manfaat memperpanjang usia yang signifikan untuk menyingkirkan seluruh kelompok kelenjar getah bening pada ketika biopsi kelenjar getah bening sentinel.

"Temuan gres ini kemungkinan akan menghasilkan lebih sedikit mekanisme yang dilakukan di seluruh dunia," kata Farida. "Hasilnya juga kemungkinan akan mempengaruhi rancangan banyak uji klinis terkini dan masa depan terapi medis dalam melanoma."
-Geri Piazza

Dengan Yoga, Nyeri Punggung Bawah Dapat Sembuh

Sekilas :
  • Periset menemukan bahwa yoga sama efektifnya dengan terapi fisik standar untuk mengobati nyeri punggung bawah yang kronis hingga sedang pada orang-orang di komunitas yang kurang terlayani.
  • Hasilnya mengatakan yoga mungkin bermanfaat sebagai pilihan pengobatan untuk orang dengan nyeri punggung bawah yang kronis.

Kelas yoga di klub kesehatan.
Pose yoga yang diubahsuaikan dengan hati-hati, yang dipraktikkan di bawah bimbingan pelatih terlatih, sanggup membantu mengurangi nyeri punggung bawah yang kronis dan memperbaiki fungsinya. Moodboard / Thinkstock

Nyeri punggung bawah bisa berkisar dari rasa sakit yang kusam dan konstan hingga sensasi mendadak yang tajam sehingga menciptakan anda tidak mampu. Rasa sakit bisa dimulai dengan tiba-tiba akhir kecelakaan atau mengangkat sesuatu yang berat, atau bisa berkembang seiring berjalannya waktu alasannya perubahan tulang belakang terkait usia. Bagi banyak orang, nyeri punggung bawah menetap lebih usang dari 3 bulan (nyeri kronis). Sekitar 20%, nyeri punggung bawah yang kronis bertahan lebih dari satu tahun.

Studi terbaru pada orang dengan nyeri punggung kronis ringan hingga sedang mengatakan bahwa seperangkat yoga yang diubahsuaikan dengan hati-hati sanggup membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kemampuan untuk berjalan dan bergerak. Yoga berasal dari filsafat India kuno. Seperti yang dipraktekkan ketika ini, biasanya menggabungkan postur fisik, teknik pernapasan, dan meditasi atau relaksasi. Sebagian besar penelitian wacana yoga telah dilakukan dengan orang-orang dari kelas menengah, latar belakang kulit putih. Namun, orang-orang yang berasal dari komunitas ekonomi kurang beruntung secara tidak proporsional terkena sakit punggung bawah yang kronis.

Untuk mempelajari apakah yoga membantu mengurangi rasa sakit dan memperbaiki gerakan orang-orang dari komunitas yang kurang terlayani, sebuah tim yang dipimpin oleh Dr. Robert Saper di Boston University School of Medicine dan Boston Medical Center mempelajari 320 orang remaja berpendidikan rendah berpenghasilan rendah dengan tingkat kronis sedang hingga berat. sakit punggung. Para peneliti melaksanakan uji coba noninferiority, yang dirancang untuk menilai apakah pengobatan gres (yoga) sama efektifnya dengan perawatan ketika ini (terapi fisik). Studi ini dibiayai oleh Pusat Kesehatan Komplementer dan Integratif NIH (NCCIH). Hasil dipublikasikan secara online pada tanggal 20 Juni 2017, dalam Annals of Internal Medicine.

Peserta dibagi secara acak menjadi tiga kelompok perlakuan. Satu kelompok mendapatkan 12 kelas yoga mingguan yang dirancang khusus untuk orang-orang dengan nyeri punggung kronis; satu mendapatkan 15 kunjungan terapi fisik selama 12 minggu; dan satu diberi sebuah buku edukasi dan buletin wacana perawatan diri untuk sakit punggung bawah yang kronis. Para peneliti lalu terus melacak akseptor untuk tahap perawatan 40 ahad tambahan. Selama fase ini, orang-orang di kelompok yoga dan terapi fisik ditugaskan secara acak untuk terus berlatih di rumah atau dengan profesional - di kelas yoga atau sesi terapi fisik.

Para peneliti menemukan bahwa ketiga kelompok tersebut melaporkan perbaikan fungsi fisik dan pengurangan rasa sakit. Namun, orang-orang dalam kelompok terapi yoga dan terapi fisik secara signifikan lebih mungkin daripada mereka yang berada di kelompok khusus pendidikan untuk berhenti mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit sesudah satu tahun. Temuan ini mengatakan bahwa agenda yoga terstruktur sanggup menjadi alternatif yang masuk nalar untuk terapi fisik bagi orang dengan nyeri punggung bawah kronis.

"Sekarang ada sejumlah penelitian, termasuk penelitian kami, yang mengatakan bahwa yoga efektif untuk nyeri punggung bawah yang kronis, tapi hingga penelitian kami melibatkan kebanyakan orang kulit putih dan kelas menengah," Saper menjelaskan. "Nyeri punggung bawah yang kronis secara tidak proporsional berdampak pada orang-orang yang secara ekonomi kurang beruntung. Oleh alasannya itu, kami merasa penting untuk menguji apakah yoga akan diterima dengan baik oleh populasi yang tidak terlayani dan juga efektif. "
- oleh Tianna Hicklin, Ph.D.

Referensi:
Yoga, Terapi Fisik, atau Pendidikan untuk Sakit Nyeri Kronis Rendah. Saper RB, Lemaster C., Delitto A, Sherman KJ, PM Herman, Sadikova E, Stevans J, Keosaian JE, Cerrada CJ, Femia AL, Roseen EJ, Gardiner P, Gergen Barnett K, Faulkner C, dan Weinberg J. Ann Intern Med . 2017 Jun 20. doi: 10.7326 / P17-9039. [Epub di depan cetak]. PMID: 28631006.