Showing posts with label Reaksi Alergi Makanan Pada Anak. Show all posts
Showing posts with label Reaksi Alergi Makanan Pada Anak. Show all posts

Thursday, 4 January 2018

Bagaimana Reaksi Alergi Makanan Pada Anak?


NIAID ialah Lead Institute di National Institutes of Health yang melaksanakan penelitian perihal alergi makanan, sebuah kondisi yang mempengaruhi sekitar 5 persen belum dewasa dan 4 persen orang cukup umur di Amerika Serikat. Pada orang dengan alergi makanan, sistem kekebalan badan bereaksi secara tidak normal terhadap komponen kuliner - terkadang menghasilkan respons yang mengancam jiwa.

Sejak tahun 2003, NIAID secara substansial telah meningkatkan dukungannya terhadap penelitian alergi makanan, mulai dari penelitian dasar alergi dan imunologi hingga studi epidemiologi dan observasional untuk mengidentifikasi faktor risiko dan uji klinis yang menguji taktik gres untuk mencegah dan mengobati alergi makanan. Baca terus untuk mengetahui lebih banyak perihal alergi kuliner dan langkah-langkah yang dilakukan NIAID untuk mengatasi persoalan yang berkembang ini.

Anak-anak muda yang alergi terhadap susu atau telur mempunyai reaksi alergi terhadap kuliner ini dan kuliner lainnya setahun sekali - walaupun keluarga mereka diajari cara menghindari kuliner ini, sebuah laporan studi baru.

Alergi kuliner disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan badan yang tidak normal terhadap makanan. Reaksi alergi yang parah sanggup menimbulkan kondisi yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis.

Untuk mempelajari lebih lanjut perihal alergi kuliner pada belum dewasa prasekolah, ilmuwan yang dibiayai NIH mengikuti 512 bayi selama 3 tahun. Semua sudah tahu atau menduga alergi terhadap susu atau telur. Saat penelitian dimulai, belum dewasa berusia 3 hingga 15 bulan, dan orang renta atau pengasuh mereka diajarkan taktik untuk menghindari kuliner yang memicu alergi. Mereka juga mendapatkan rencana darurat tertulis dan resep untuk epinefrin, obat yang membalikkan tanda-tanda dan sanggup menyelamatkan nyawa.

Para peneliti menemukan bahwa hampir 3 dari 4 belum dewasa mempunyai reaksi alergi kuliner selama penelitian, dan lebih dari setengahnya mempunyai lebih dari satu reaksi. Sebagian besar reaksi terjadi pada susu (42%), telur (21%) dan kacang (8%). Sekitar 1 dari 10 kasus, kuliner diberikan kepada belum dewasa dengan sengaja, meskipun pengasuh mereka telah mencar ilmu bagaimana menghindari kuliner itu.

Lebih dari 11% reaksi alergi sangat parah. Tapi kurang dari sepertiga ini diobati dengan epinefrin, pengobatan yang direkomendasikan untuk reaksi berat. Dalam kebanyakan kasus, pengasuh tidak menyadari seberapa parah reaksinya, tidak mempunyai epinefrin yang tersedia atau takut memberi obat tersebut.

"Apa yang meresahkan ialah bahwa dalam penelitian ini kami menemukan bahwa sejumlah besar anak muda mendapatkan kuliner alergen dari orang renta yang mengetahui alergi tersebut," kata penulis utama studi tersebut, Dr. David Fleischer dari Jewish Jewish Health di Denver. Temuan menunjukkan bahwa orang renta perlu dididik lebih baik perihal pentingnya menghindari kuliner yang memicu alergi dan mengobati reaksi parah dengan epinefrin.

Baca Juga : Bagaimana faktor kuliner mempengaruhi proses penyakit ?