Rahim Terbalik, inversion uteri atau uteri inversio merupakan salah satu risiko yang sanggup terjadi ketika ibu melahirkan normal. Kejadian ini memang jarang terjadi namun cukup fatal. Hal ini dikarenakan Rahim terbalik cukup sulit diperkirakan kejadiannya. Biasanya kasus ini terdeteksi pada persalinan kala tiga, yaitu ketika proses pelepasan plasenta dari daerah implantasinya. Inversio uteri terjadi ketika bab dalam rahim yaitu uterus ikut keluar ketika pelepasan plasenta dan Bunda akan mengalami perdarahan.
Penangangannya Rahim Terbalik haruslah cepat, yaitu denga cara perbaikan keadaan umum ibu, perbaikan posisi uterus ke semula dan apabila uterus tidak sanggup direposisi, maka pertimbangan lain yaitu tindakan operatif
Rahim Terbalik ketika Persalinan Normal tidak berafiliasi dengan kesuburan, berhubungan dengan posisi berafiliasi suami istri, atau gaya berafiliasi tertentu ketika Anda dan pasangan menjalani konsepsi.
Komplikasi yang terjadi ketika Bunda mengalami rahim terbalik tergantung dari seberapa besar uterus yang keluar. Apabila uterus yang keluar menekan kantung kemih dan uretra, maka sanggup mengakibatkan fistel atau sumbatan pada jalan masuk kemih, sehingga memicu Bunda sulit buang air kecil.
Bunda yang mengalami insiden Rahim Terbalik harus banyak beristirahat makan makanan bergizi, terutama yang mengandung zat besi untuk mengatasi kekurangan darah yang terjadi ketika pendarahan. Bunda juga harus memperbanyak minum air putih dan ikutilah semua petunjuk dokter.
Bunda yang pernah mengalami rahim terbalik, tentu ada risiko lebih besar untuk mengalaminya kembali pada ketika kehamilan berikutnya. Untuk itu Bunda harus memberitahukan riwayat ini kepada dokter di ketika terjadi kehamilan berikutnya.
Ringkasan:
Penangangannya Rahim Terbalik haruslah cepat, yaitu denga cara perbaikan keadaan umum ibu, perbaikan posisi uterus ke semula dan apabila uterus tidak sanggup direposisi, maka pertimbangan lain yaitu tindakan operatif
Rahim Terbalik ketika Persalinan Normal tidak berafiliasi dengan kesuburan, berhubungan dengan posisi berafiliasi suami istri, atau gaya berafiliasi tertentu ketika Anda dan pasangan menjalani konsepsi.
Komplikasi yang terjadi ketika Bunda mengalami rahim terbalik tergantung dari seberapa besar uterus yang keluar. Apabila uterus yang keluar menekan kantung kemih dan uretra, maka sanggup mengakibatkan fistel atau sumbatan pada jalan masuk kemih, sehingga memicu Bunda sulit buang air kecil.
Bunda yang mengalami insiden Rahim Terbalik harus banyak beristirahat makan makanan bergizi, terutama yang mengandung zat besi untuk mengatasi kekurangan darah yang terjadi ketika pendarahan. Bunda juga harus memperbanyak minum air putih dan ikutilah semua petunjuk dokter.
Bunda yang pernah mengalami rahim terbalik, tentu ada risiko lebih besar untuk mengalaminya kembali pada ketika kehamilan berikutnya. Untuk itu Bunda harus memberitahukan riwayat ini kepada dokter di ketika terjadi kehamilan berikutnya.
Ringkasan:
- Resiko Rahim Terbalik sanggup terjadi pada siapa saja, dan terjadi ketika proses persalinan normal,
- Rahim Terbalik tidak berafiliasi dengan kesuburan, dan kekerabatan suami istri.
- Wanita yang pernah mengalami Rahim Terbalik berisiko mengalami kembali di kehamilan selanjutnya.