Showing posts with label Stroke. Show all posts
Showing posts with label Stroke. Show all posts

Thursday 4 January 2018

Artikel Kesehatan Ihwal Stroke


Di Amerika Serikat, lebih dari 700.000 orang menderita stroke setiap tahun, dan sekitar dua pertiga dari orang-orang ini bertahan dan memerlukan rehabilitasi. Tujuan rehabilitasi yakni untuk membantu korban selamat berdikari dan untuk mencapai kualitas hidup terbaik. Meskipun rehabilitasi tidak "menyembuhkan" imbas stroke lantaran tidak membalikkan kerusakan otak, rehabilitasi secara substansial sanggup membantu orang mencapai hasil jangka panjang terbaik.

Apa itu rehabilitasi pasca stroke?

Rehabilitasi membantu penderita stroke kembali mempelajari keterampilan yang hilang dikala belahan otak rusak. Misalnya, keterampilan ini bisa termasuk mengkoordinasikan gerakan kaki biar bisa berjalan atau melaksanakan langkah-langkah yang terlibat dalam kegiatan yang kompleks. Rehabilitasi juga mengajarkan cara gres untuk melaksanakan kiprah untuk menghindari atau mengkompensasi cacat residual. Individu mungkin perlu mencar ilmu cara mandi dan berpakaian hanya dengan satu tangan, atau cara berkomunikasi secara efektif dikala kemampuan mereka untuk memakai bahasa telah disusupi. Ada konsensus yang berpengaruh di antara para jago rehabilitasi bahwa elemen terpenting dalam acara rehabilitasi yakni praktik yang terarah, terfokus dengan baik, praktik yang berulang-sama - praktik yang sama yang dipakai oleh semua orang dikala mereka mempelajari keterampilan baru, menyerupai bermain piano atau melempar bola baseball

Terapi rehabilitasi dimulai di rumah sakit perawatan akut sehabis kondisi keseluruhan orang stabil, seringkali dalam waktu 24 hingga 48 jam sehabis stroke. Langkah pertama melibatkan mempromosikan gerakan independen lantaran banyak individu lumpuh atau dilemahkan secara serius. Pasien diminta untuk sering mengganti posisi dikala berbaring di tempat tidur dan terlibat dalam latihan gerak pasif atau aktif untuk menguatkan tungkai stroke mereka. Latihan gerak "pasif" yakni terapi yang secara aktif membantu pasien memindahkan anggota tubuh berulang kali, sedangkan latihan "aktif" dilakukan oleh pasien tanpa derma fisik dari terapis. ) Tergantung pada banyak faktor - termasuk tingkat cedera awal - pasien sanggup berkembang dari duduk dan dipindahkan antara tempat tidur dan bangku untuk berdiri, mempunyai berat tubuh sendiri, dan berjalan kaki, dengan atau tanpa bantuan. Perawat dan terapis rehabilitasi membantu pasien yang bisa melaksanakan kiprah yang lebih rumit dan menuntut secara progresif, menyerupai mandi, berpakaian, dan memakai toilet, dan mereka mendorong pasien untuk mulai memakai tungkai-tungkai mereka yang mengalami gangguan dikala terlibat dalam tugas-tugas tersebut. Mulai untuk memperoleh kembali kemampuan untuk melaksanakan kegiatan dasar kehidupan sehari-hari ini merupakan tahap pertama dalam mengembalikan korban stroke ke kemerdekaan. Perawat dan terapis rehabilitasi membantu pasien yang bisa melaksanakan kiprah yang lebih rumit dan menuntut secara progresif, menyerupai mandi, berpakaian, dan memakai toilet, dan mereka mendorong pasien untuk mulai memakai tungkai-tungkai mereka yang mengalami gangguan dikala terlibat dalam tugas-tugas tersebut. Mulai untuk memperoleh kembali kemampuan untuk melaksanakan kegiatan dasar kehidupan sehari-hari ini merupakan tahap pertama dalam mengembalikan korban stroke ke kemerdekaan. Perawat dan terapis rehabilitasi membantu pasien yang bisa melaksanakan kiprah yang lebih rumit dan menuntut secara progresif, menyerupai mandi, berpakaian, dan memakai toilet, dan mereka mendorong pasien untuk mulai memakai tungkai-tungkai mereka yang mengalami gangguan dikala terlibat dalam tugas-tugas tersebut. Mulai untuk memperoleh kembali kemampuan untuk melaksanakan kegiatan dasar kehidupan sehari-hari ini merupakan tahap pertama dalam mengembalikan korban stroke ke kemerdekaan.

Bagi beberapa orang yang selamat dari stroke, rehabilitasi akan menjadi proses yang berkelanjutan untuk mempertahankan dan memperbaiki keterampilan dan sanggup melibatkan bekerja dengan seorang jago selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sehabis stroke.


Apa yang bisa dihasilkan dari stroke?

Jenis dan tingkat keanehan yang mengikuti stroke bergantung pada area otak mana yang rusak. Umumnya, stroke sanggup menyebabkan lima jenis kecacatan: kelumpuhan atau duduk masalah dalam mengendalikan gerakan; gangguan sensorik termasuk nyeri; duduk masalah memakai atau memahami bahasa; duduk masalah dengan pemikiran dan ingatan; dan gangguan emosional.

Kelumpuhan atau duduk masalah mengendalikan gerakan (motor control)

Kelumpuhan yakni salah satu keanehan yang paling umum terjadi akhir stroke. Kelumpuhan biasanya berada di sisi tubuh di seberang sisi otak yang rusak akhir stroke, dan sanggup mensugesti wajah, lengan, tungkai, atau seluruh sisi tubuh. Kelumpuhan satu sisi ini disebut hemiplegia (kelemahan satu sisi disebut hemiparesis ). Pasien stroke dengan hemiparesis atau hemiplegia mungkin mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari menyerupai berjalan kaki atau menggenggam benda. Beberapa pasien stroke mempunyai duduk masalah dengan menelan, disebut disfagia , lantaran kerusakan pada belahan otak yang mengendalikan otot lantaran tertelan. Kerusakan pada belahan bawah otak, otak kecil, sanggup mensugesti kemampuan tubuh untuk mengkoordinasikan gerakan, sebuah keanehan yang disebut ataksia., menyebabkan duduk masalah dengan postur tubuh, berjalan kaki, dan keseimbangan.

Gangguan sensori termasuk rasa sakit

Pasien stroke mungkin kehilangan kemampuan untuk mencicipi sentuhan, nyeri, suhu, atau posisi. Defisit sensori juga sanggup menghambat kemampuan mengenali objek yang dipegang pasien dan bahkan bisa cukup parah sehingga menyebabkan hilangnya legalisasi anggota tubuh sendiri. Beberapa pasien stroke mengalami rasa sakit, mati rasa atau sensasi ganjil lantaran kesemutan atau bacokan pada tungkai yang lumpuh atau lemah, sebuah tanda-tanda yang dikenal sebagai parestesia.

Hilangnya kontinum urin cukup sering terjadi sehabis stroke dan sering diakibatkan oleh kombinasi defisit sensorik dan motorik. Pelaku stroke mungkin kehilangan kemampuan untuk mencicipi kebutuhan untuk buang air kecil atau kemampuan mengendalikan otot kandung kemih. Beberapa mungkin kurang mempunyai mobilitas untuk mencapai toilet pada waktunya. Kehilangan kontrol usus atau konstipasi juga bisa terjadi. Inkontinensia permanen sehabis stroke jarang terjadi, namun bahkan kehilangan kontrol usus atau kandung kemih secara emosional sulit bagi penderita yang selamat dari stroke.

Korban stroke sering mempunyai aneka macam sindrom nyeri kronis akhir kerusakan akhir stroke pada sistem saraf (nyeri neuropatik). Pada beberapa pasien stroke, jalur sensasi di otak rusak, menyebabkan transmisi sinyal palsu yang berakibat sensasi nyeri pada anggota tubuh atau sisi tubuh yang mempunyai defisit sensorik. Sindrom nyeri yang paling umum disebut "sindrom nyeri thalamic" (disebabkan oleh stroke ke thalamus, yang memproses informasi sensorik dari tubuh ke otak), yang bisa sulit diobati bahkan dengan obat-obatan. Akhirnya, beberapa rasa sakit yang terjadi sehabis stroke bukan lantaran kerusakan sistem saraf, melainkan pada duduk masalah mekanis yang disebabkan oleh kelemahan dari stroke. Pasien yang mempunyai lengan yang lemah atau lumpuh biasanya mengalami nyeri sedang hingga parah yang memancar keluar dari bahu. Paling sering, rasa sakit akhir kurangnya gerakan pada sendi yang telah diimobilisasi untuk waktu yang usang (seperti mempunyai lengan atau pundak dalam pemeran selama berminggu-minggu) dan tendon dan ligamen di sekitar sendi menjadi tetap dalam satu posisi. . Ini biasa disebut "beku" bersama; Gerakan "pasif" (sendi dengan lembut digerakkan atau dilipat oleh terapis atau pengasuh dan bukan oleh individu) pada sendi di anggota tubuh yang lumpuh sangat penting untuk mencegah "pembekuan" yang menyakitkan dan untuk memungkinkan pergerakan yang gampang kalau dan kapan kekuatan motor sukarela kembali. . Rasa sakit akhir kurangnya gerakan di sendi yang telah diimobilisasi untuk waktu yang usang (seperti mempunyai lengan atau pundak dalam pemeran selama berminggu-minggu) dan tendon dan ligamen di sekitar sendi menjadi tetap dalam satu posisi. Ini biasa disebut "beku" bersama; Gerakan "pasif" (sendi dengan lembut digerakkan atau dilipat oleh terapis atau pengasuh dan bukan oleh individu) pada sendi di ekstremitas yang lumpuh sangat penting untuk mencegah "pembekuan" yang menyakitkan dan untuk memungkinkan pergerakan yang gampang kalau dan kapan kekuatan motor sukarela kembali. . Rasa sakit akhir kurangnya gerakan di sendi yang telah diimobilisasi untuk waktu yang usang (seperti mempunyai lengan atau pundak dalam pemeran selama berminggu-minggu) dan tendon dan ligamen di sekitar sendi menjadi tetap dalam satu posisi. Ini biasa disebut "beku" bersama; Gerakan "pasif" (sendi dengan lembut digerakkan atau dilipat oleh terapis atau pengasuh dan bukan oleh individu) pada sendi di anggota tubuh yang lumpuh sangat penting untuk mencegah "pembekuan" yang menyakitkan dan untuk memungkinkan pergerakan yang gampang kalau dan kapan kekuatan motor sukarela kembali. .

Masalah memakai atau memahami bahasa (afasia)

Setidaknya seperempat dari semua penderita stroke mengalami gangguan bahasa, yang melibatkan kemampuan untuk berbicara, menulis, dan memahami bahasa verbal dan tulisan. Cedera akhir stroke pada salah satu sentra kontrol bahasa otak sanggup sangat mengganggu komunikasi verbal. Pusat lebih banyak didominasi untuk bahasa ada di sisi kiri otak untuk individu asisten dan banyak pegangan kiri juga. Kerusakan pada sentra bahasa yang terletak di sisi lebih banyak didominasi otak, yang dikenal sebagai kawasan Broca, menyebabkan aphasia ekspresif. Orang dengan jenis afasia ini mengalami kesulitan memberikan pemikiran mereka melalui kata-kata atau tulisan. Mereka kehilangan kemampuan untuk mengucapkan kata-kata yang mereka pikirkan dan menyusun kata-kata secara koheren, dengan tata bahasa yang benar. Sebaliknya, kerusakan pada sentra bahasa yang terletak di belahan belakang otak, disebut kawasan Wernicke, berakibat pada aphasia reseptif . Orang-orang dengan kondisi ini sulit memahami bahasa verbal atau goresan pena dan seringkali mempunyai ucapan yang tidak koheren. Meski bisa membentuk kalimat yang benar secara tata bahasa, ucapan mereka sering kali tidak mempunyai makna. Bentuk aphasia yang paling parah, afasia global, disebabkan oleh kerusakan luas pada beberapa area otak yang terlibat dalam fungsi bahasa. Orang dengan afasia global kehilangan hampir semua kemampuan linguistik mereka; mereka tidak bisa mengerti bahasa atau menggunakannya untuk memberikan pemikiran.

Masalah dengan pemikiran dan ingatan

Stroke sanggup menyebabkan kerusakan pada belahan otak yang bertanggung jawab atas ingatan, pembelajaran, dan kesadaran. Korban stroke mungkin telah secara dramatis mempersingkat rentang perhatian atau mungkin mengalami defisit dalam memori jangka pendek. Individu juga mungkin kehilangan kemampuan mereka untuk menciptakan rencana, memahami makna, mempelajari kiprah baru, atau terlibat dalam kegiatan mental kompleks lainnya. Dua defisit yang cukup umum akhir stroke yakni anosognosia , ketidakmampuan untuk mengakui kenyataan gangguan fisik akhir stroke, dan kelalaian , hilangnya kemampuan untuk merespons objek atau rangsangan sensorik yang terletak di sisi yang mengalami gangguan stroke. Korban stroke yang mengalami apraxia(kehilangan kemampuan untuk melaksanakan gerakan tujuan yang dipelajari) tidak sanggup merencanakan langkah-langkah yang terlibat dalam kiprah yang kompleks dan bertindak sesuai urutannya. Korban stroke dengan apraxia juga mungkin mengalami duduk masalah sehabis serangkaian instruksi. Apraxia sepertinya disebabkan oleh terganggunya koneksi halus yang ada antara pemikiran dan tindakan.

Gangguan emosional

Banyak orang yang selamat dari stroke merasa takut, cemas, frustrasi, marah, sedih, dan mencicipi kesedihan lantaran kehilangan fisik dan mental mereka. Perasaan ini merupakan respon alami terhadap stress berat psikologis stroke. Beberapa gangguan emosional dan perubahan kepribadian disebabkan oleh imbas fisik kerusakan otak. Depresi klinis, yang merupakan rasa frustasi yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi, sepertinya merupakan gangguan emosional yang paling sering dialami oleh penderita stroke. Tanda-tanda depresi klinis termasuk gangguan tidur, perubahan radikal dalam teladan makan yang sanggup menyebabkan penurunan berat tubuh atau keuntungan, kelesuan, penarikan diri secara tiba-tiba, gampang tersinggung, kelelahan, kebencian diri, dan pikiran untuk bunuh diri. Depresi pasca stroke sanggup diobati dengan obat antidepresan dan konseling psikologis.

Apa Peran Medis?

Rehabilitasi pasca stroke melibatkan dokter; perawat rehabilitasi; fisik, pekerjaan, rekreasi, bahasa bicara, dan terapis kejuruan; dan profesional kesehatan mental.

Dokter mempunyai tanggung jawab utama untuk mengelola dan mengkoordinasikan perawatan jangka panjang penderita stroke, termasuk merekomendasikan acara rehabilitasi mana yang paling sesuai untuk kebutuhan individu. Dokter juga bertanggung jawab untuk merawat kesehatan umum penderita stroke dan memberikan panduan yang ditujukan untuk mencegah stroke kedua, menyerupai mengendalikan tekanan darah tinggi atau diabetes dan menghilangkan faktor risiko menyerupai merokok, berat tubuh berlebih, diet tinggi kolesterol, dan tinggi. konsumsi alkohol.

Neurologis biasanya memimpin tim perawatan akut dan perawatan pasien eksklusif selama rawat inap. Mereka terkadang berpartisipasi dalam tim rehabilitasi jangka panjang. Subspesialisasi lainnya sering memimpin tahap rehabilitasi perawatan, terutama fisiotris , yang mengkhususkan diri pada pengobatan fisik dan rehabilitasi.

Perawat yang mengkhususkan diri pada rehabilitasi membantu orang yang selamat mempelajari bagaimana melaksanakan kegiatan dasar kehidupan sehari-hari. Mereka juga mendidik orang yang selamat perihal perawatan kesehatan rutin, menyerupai bagaimana mengikuti jadwal pengobatan, cara merawat kulit, cara keluar dari tempat tidur dan duduk di bangku roda, dan kebutuhan khusus untuk penderita diabetes. Perawat rehabilitasi juga bekerja sama dengan korban untuk mengurangi faktor risiko yang sanggup menyebabkan stroke kedua, dan memberikan training untuk perawat.

Perawat sangat terlibat dalam membantu penderita stroke menangani duduk masalah perawatan pribadi, menyerupai mandi dan mengendalikan inkontinensia. Sebagian besar penderita stroke berhasil mendapat kembali kemampuan mereka untuk mempertahankan kontinuitas, seringkali dengan derma seni administrasi yang dipelajari selama rehabilitasi. Strategi ini termasuk memperkuat otot pelvis melalui latihan khusus dan mengikuti jadwal voiding yang berjangka waktu. Jika duduk masalah dengan inkontinensia berlanjut, perawat sanggup membantu pengasuh mencar ilmu memasukkan dan mengelola kateter dan mengambil tindakan bersih khusus untuk mencegah duduk masalah kesehatan terkait inkontinensia lainnya dari perkembangan.

Terapis fisik

Terapis fisik mengkhususkan diri dalam merawat cacat yang terkait dengan gangguan motorik dan sensorik. Mereka dilatih dalam semua aspek anatomi dan fisiologi yang bekerjasama dengan fungsi normal, dengan penitikberatan pada gerakan. Mereka menilai kekuatan survivor, daya tahan, rentang gerak, kelainan gaya berjalan, dan defisit sensorik untuk merancang acara rehabilitasi individual yang bertujuan mendapat kontrol atas fungsi motorik.

Terapis fisik membantu orang yang selamat untuk mendapat kembali penggunaan tungkai yang mengalami stroke, mengajarkan seni administrasi kompensasi untuk mengurangi imbas dari defisit yang tersisa, dan membangun acara latihan yang sedang berlangsung untuk membantu orang mempertahankan keterampilan mereka yang gres dipelajari. Penyandang cacat cenderung menghindari penggunaan tungkai yang terganggu, sebuah sikap yang disebut mencar ilmu tidak dipakai . Namun, penggunaan anggota tubuh yang terganggu secara berulang mendorong plastisitas otak dan membantu mengurangi kecacatan.

Strategi yang dipakai oleh terapis fisik untuk mendorong penggunaan tungkai yang terganggu termasuk stimulasi sensorik selektif menyerupai mengetuk atau membelai, latihan gerak rentang aktif dan pasif, dan pengekangan sementara anggota tubuh yang sehat dikala melatih kiprah motorik.

Secara umum, terapi fisik menekankan latihan gerakan terisolasi, berulang kali berubah dari satu jenis gerakan ke gerakan lainnya, dan melatih gerakan kompleks yang memerlukan koordinasi dan keseimbangan yang besar, menyerupai berjalan naik atau turun tangga atau bergerak dengan kondusif di antara rintangan. Orang yang terlalu lemah untuk menanggung berat tubuh mereka sendiri tetap sanggup mempraktikkan gerakan berulang selama hidroterapi (di mana air memberikan stimulasi sensorik dan juga dukungan berat) atau dikala sebagian didukung oleh baju zirah. Tren terapi fisik baru-baru ini menekankan keefektifan terlibat dalam kegiatan yang diarahkan pada tujuan, menyerupai bermain game, untuk mempromosikan koordinasi.

Terapis kerja dan rekreasi

Seperti terapis fisik, terapis okupasi prihatin dengan peningkatan kemampuan motorik dan sensorik, dan memastikan keselamatan pasien pada periode pasca stroke. Mereka membantu para survivor mempelajari kembali keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan yang diarahkan sendiri (juga disebut pekerjaan) menyerupai perawatan pribadi, menyiapkan makanan, dan membersihkan rumah. Terapis sanggup mengajari beberapa orang yang selamat bagaimana cara menyesuaikan diri dengan mengemudi dan memberikan training di jalan. Mereka sering mengajar orang untuk membagi kegiatan kompleks ke belahan komponennya, berlatih setiap bagian, dan kemudian melaksanakan seluruh urutan tindakan. Strategi ini sanggup meningkatkan koordinasi dan sanggup membantu orang dengan apraxia mempelajari kembali bagaimana melaksanakan tindakan yang direncanakan.

Terapis okupasi juga mengajarkan orang bagaimana berbagi seni administrasi kompensasi dan mengubah elemen lingkungan mereka yang membatasi kegiatan kehidupan sehari-hari. Misalnya, orang dengan penggunaan hanya satu tangan sanggup mengganti pengait hook dan loop (seperti Velcro) untuk kancing pada pakaian. Terapis okupasi juga membantu orang menciptakan perubahan di rumah mereka untuk meningkatkan keamanan, menghilangkan hambatan, dan memfasilitasi fungsi fisik, menyerupai memasang batang pelepah di kamar mandi.

Terapis rekreasi membantu orang dengan aneka macam keanehan untuk berbagi dan memakai waktu senggang mereka untuk meningkatkan kesehatan, kemandirian, dan kualitas hidup mereka.

Ahli patologi bahasa bicara

Ahli patologi bahasa bicara membantu penderita stroke dengan afasia mempelajari kembali cara memakai bahasa atau berbagi sarana komunikasi alternatif. Mereka juga membantu orang meningkatkan kemampuan mereka untuk menelan, dan mereka bekerja dengan pasien untuk berbagi keterampilan pemecahan duduk masalah dan keterampilan sosial yang diharapkan untuk mengatasi imbas samping dari stroke.

Banyak teknik terapeutik khusus telah dikembangkan untuk membantu orang dengan afasia. Beberapa bentuk terapi jangka pendek sanggup meningkatkan pemahaman dengan cepat. Latihan intensif menyerupai mengulangi kata-kata terapis, berlatih mengikuti petunjuk, dan melaksanakan latihan membaca atau menulis merupakan kerikil penjuru rehabilitasi bahasa. Pelatihan dan latihan percakapan, serta pengembangan petunjuk atau isyarat untuk membantu orang mengingat kata-kata tertentu, terkadang bermanfaat. Ahli patologi bahasa bicara juga membantu penderita stroke berbagi seni administrasi untuk menghindari ketidakmampuan bahasa. Strategi ini bisa meliputi penggunaan papan simbol atau bahasa isyarat. Kemajuan terbaru dalam teknologi komputer telah mendorong pengembangan jenis peralatan gres untuk meningkatkan komunikasi.

Ahli patologi bahasa berbicara memakai jenis teknik pencitraan khusus untuk mempelajari teladan menelan korban stroke dan mengidentifikasi sumber niscaya kerusakannya. Kesulitan menelan mempunyai banyak kemungkinan penyebab, termasuk refleks menelan yang tertunda, ketidakmampuan memanipulasi kuliner dengan lidah, atau ketidakmampuan untuk mendeteksi kuliner yang tersisa bersarang di pipi sehabis tertelan. Ketika penyebabnya telah ditunjukkan, jago patologi bahasa berbicara bekerja dengan individu untuk merancang seni administrasi untuk mengatasi atau meminimalkan defisit. Terkadang, hanya mengubah posisi tubuh dan memperbaiki postur tubuh dikala makan bisa membawa perbaikan. Tekstur kuliner bisa dimodifikasi biar gampang menelan; Misalnya cairan tipis, yang sering menyebabkan tersedak, bisa menebal.

Terapis kejiwaan

Sekitar seperempat dari semua stroke terjadi pada orang-orang berusia antara 45 dan 65 tahun. Bagi kebanyakan orang di kelompok usia ini, kembali bekerja merupakan perhatian utama. Terapis kejuruan melaksanakan banyak fungsi yang sama dengan konselor karir biasa. Mereka sanggup membantu orang-orang dengan cacat sisa mengidentifikasi kekuatan kejuruan dan berbagi riwayat hidup yang menyoroti kekuatan tersebut. Mereka juga sanggup membantu mengidentifikasi calon pemberi kerja, membantu dalam pencarian pekerjaan yang spesifik, dan memberikan aba-aba kepada biro rehabilitasi kejuruan stroke.

Yang paling penting, terapis kejuruan mendidik orang-orang cacat perihal hak dan proteksi mereka sebagaimana didefinisikan oleh Amerika dengan Undang-Undang Penyandang Cacat pada tahun 1990. Undang-undang ini mengharuskan pengusaha menciptakan "akomodasi yang masuk akal" untuk pegawai penyandang cacat. Terapis kejuruan sering bertindak sebagai perantara antara pengusaha dan karyawan untuk menegosiasikan penyediaan kemudahan yang masuk logika di tempat kerja.


Kapan pasien stroke bisa mulai melaksanakan rehabilitasi?

Rehabilitasi harus dimulai segera sehabis pasien stroke stabil, kadang dalam waktu 24 hingga 48 jam sehabis stroke. Tahap pertama rehabilitasi ini sanggup terjadi di dalam rumah sakit perawatan akut; Namun, sangat tergantung pada keadaan unik masing-masing pasien.

Baru-baru ini, dalam studi rehabilitasi stroke terbesar di Amerika Serikat, para peneliti membandingkan dua teknik umum untuk membantu pasien stroke memperbaiki perjalanan mereka. Kedua metode tersebut - melatih treadmill yang berat badannya didukung atau mengerjakan latihan kekuatan dan keseimbangan di rumah dengan terapis fisik - menghasilkan perbaikan yang sama dalam kemampuan individu untuk berjalan pada simpulan satu tahun. Periset menemukan bahwa perbaikan fungsional sanggup dilihat selambat satu tahun sehabis stroke, yang bertentangan dengan kebijaksanaan konvensional bahwa sebagian besar pemulihan selesai pada 6 bulan. Uji coba memperlihatkan bahwa 52 persen akseptor melaksanakan perbaikan signifikan dalam berjalan, fungsi sehari-hari dan kualitas hidup, terlepas dari seberapa parah kerusakan mereka, atau apakah mereka memulai training pada 2 atau 6 bulan sehabis stroke.


Dimana pasien stroke bisa direhabilitasi?

Pada dikala keluar dari rumah sakit, pasien stroke dan keluarga berkoordinasi dengan pekerja sosial di rumah sakit untuk menemukan pengaturan hidup yang sesuai. Banyak penderita stroke yang selamat kembali ke rumah, namun sebagian pindah ke beberapa jenis fasilitas medis.

Unit rehabilitasi rawat inap

Fasilitas rawat inap sanggup berdiri sendiri atau sebagian kompleks rumah sakit yang lebih besar. Pasien tinggal di fasilitas tersebut, biasanya selama 2 hingga 3 minggu, dan terlibat dalam acara rehabilitasi intensif yang terkoordinasi. Program semacam itu sering kali melibatkan setidaknya 3 jam terapi aktif sehari, 5 atau 6 hari seminggu. Fasilitas rawat inap memperlihatkan rangkaian layanan medis yang komprehensif, termasuk pengawasan dokter penuh waktu dan kanal ke aneka macam terapis yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi pasca stroke.

Unit rawat jalan

Fasilitas rawat jalan seringkali merupakan belahan dari kompleks rumah sakit yang lebih besar dan menyediakan kanal ke dokter dan jajaran terapis yang mengkhususkan diri dalam rehabilitasi stroke. Pasien biasanya menghabiskan beberapa jam, sering 3 hari seminggu, di fasilitas yang mengikuti sesi terapi terkoordinasi dan pulang ke rumah pada malam hari. Fasilitas rawat jalan yang komprehensif sering memperlihatkan acara pengobatan sama intensnya dengan fasilitas rawat inap, namun juga sanggup memperlihatkan rejimen yang kurang menuntut, tergantung pada kapasitas fisik pasien.

Fasilitas perawatan

Layanan rehabilitasi yang tersedia di fasilitas keperawatan lebih bervariasi daripada di rawat inap dan unit rawat jalan. Fasilitas perawatan yang terlatih biasanya memberi penitikberatan lebih besar pada rehabilitasi, sedangkan panti jompo tradisional menekankan perawatan di tempat tinggal. Selain itu, lebih sedikit jam terapi yang ditawarkan dibandingkan dengan unit rehabilitasi rawat jalan dan rawat inap.

Program rehabilitasi berbasis rumah

Rehabilitasi rumah memungkinkan fleksibilitas yang besar sehingga pasien sanggup menyesuaikan acara rehabilitasi mereka dan mengikuti jadwal individu. Korban stroke sanggup berpartisipasi dalam tingkat terapi intensif beberapa jam per ahad atau mengikuti rejimen yang kurang menuntut. Pengaturan ini sering paling sesuai untuk orang yang memerlukan perawatan hanya dengan satu jenis terapis rehabilitasi. Pasien yang bergantung pada cakupan Medicare untuk rehabilitasi mereka harus memenuhi persyaratan "homebound" Medicare untuk memenuhi syarat untuk layanan tersebut; Saat ini kekurangan transportasi bukanlah alasan yang sempurna untuk terapi di rumah. Kelemahan utama acara rehabilitasi berbasis rumah yakni kurangnya peralatan khusus. Namun, menjalani perawatan di rumah memberi orang laba mempraktikkan keterampilan dan berbagi seni administrasi kompensasi dalam konteks lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Dalam percobaan rehabilitasi stroke baru-baru ini, rehabilitasi keseimbangan dan kekuatan intensif di rumah setara dengan training treadmill di fasilitas rehabilitasi dalam memperbaiki jalannya.


Penelitian apa yang sedang dilakukan?

National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), komponen Institut Kesehatan Nasional AS (NIH), mempunyai tanggung jawab utama untuk mensponsori penelitian perihal gangguan otak dan sistem saraf, termasuk fase akut stroke dan pemulihan berfungsi sehabis stroke. Eunice Kennedy milik NIH ShriverInstitut Nasional Kesehatan Anak dan Pembangunan Manusia, melalui Pusat Penelitian Medis Rehabilitasi Nasional, dana bekerja untuk prosedur restorasi dan perbaikan sehabis stroke, serta pengembangan pendekatan gres untuk rehabilitasi dan penilaian hasil. Sebagian besar pekerjaan yang dibiayai NIH pada diagnosis dan pengobatan disfagia yakni melalui Institut Nasional Ketulian dan Gangguan Komunikasi Lainnya. National Institute of Biomedical Imaging and Bioengineering bekerja sama dengan NINDS dan NICHD dalam berbagi instrumentasi gres untuk perawatan dan rehabilitasi stroke. Dana National Eye Institute bekerja diarahkan pada pemulihan visi dan rehabilitasi bagi individu dengan gangguan atau penglihatan rendah yang mungkin disebabkan oleh penyakit vaskular atau stroke.

NINDS mendukung penelitian perihal cara memperbaiki perbaikan dan regenerasi sistem saraf pusat. Para ilmuwan yang dibiayai oleh NINDS sedang mempelajari bagaimana otak merespons pengalaman atau pembiasaan terhadap cedera dengan mengatur ulang fungsinya (plastisitas) - memakai teknologi pencitraan non-invasif untuk memetakan teladan kegiatan biologis di dalam otak. Ilmuwan yang disponsori NINDS lainnya melihat reorganisasi otak sehabis stroke dan memilih apakah teknik rehabilitasi tertentu, menyerupai terapi gerakan yang disebabkan oleh kendala dan stimulasi magnetik transkranial, sanggup merangsang plastisitas otak, sehingga meningkatkan fungsi motorik dan mengurangi kecacatan. Ilmuwan lain bereksperimen dengan implantasi sel induk saraf, untuk melihat apakah sel-sel ini bisa menggantikan sel yang mati akhir stroke.

Stroke iskemik atau "serangan otak" terjadi ketika sel otak mati lantaran aliran darah yang tidak adekuat. Ketika aliran darah terganggu, sel-sel otak dirampas pasokan oksigen dan nutrisi penting. Sekitar 80 persen stroke disebabkan oleh penyumbatan arteri di leher atau otak. Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang pecah di otak yang menyebabkan pendarahan ke dalam atau di sekitar otak.

Fungsi yang dikompromikan dikala kawasan otak tertentu rusak akhir stroke kadang sanggup diambil alih oleh belahan otak lainnya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan berubah ini dikenal sebagai neuroplastisitas.

Baca juga : Diabetes Melitus Dapat Dikontrol Dengan Alat Yang Canggih