Showing posts with label Peringatan Kesehatan Bergambar. Show all posts
Showing posts with label Peringatan Kesehatan Bergambar. Show all posts

Saturday, 14 April 2018

Bahaya Rokok Pertama Di Pagi Hari

 hampir setiap orang telah mengetahuinya Bahaya Rokok Pertama di Pagi Hari
Bahaya Rokok hampir setiap orang telah mengetahuinya, bahkan pada bungkus rokok juga sudah dicantumkan ancaman merokok dan kedepan juga akan disertai Peringatan Bergambar pada bungkus rokok tersebut. Bagi perokok aktif, kebiasaan merokok di pagi hari sulit dihindari. Karena akan merasa kurang apabila tidak memulai hari tanpa merokok. Padahal, perlu kau ketahui bahwa merokok pada pagi hari, akan meningkatkan risiko kanker paru-paru, baik pada perokok ringan atau  berat.

Hal tersebut diatas dibuktikan menurut penelitian yang dilakukan di italia, terhadap perokok dan mantan perokok. Metode Penelitian ialah melaksanakan survei wacana kebiasaan dan riwayat merokok akseptor penelitian, termasuk didalamnya terdapat pertanyaan, "Berapa usang waktu yang dibutuhkan, dari berdiri tidur hingga lalu mulai merokok untuk pertama kali di setiap hari?"

Resiko perokok untuk meningkatkan resiko kanker paru-paru, kepala, dan leher sangat dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan perokok pada konsumsi nikotin. Sehingga dengan balasan kapan waktu mereka merokok sesudah berdiri tidur akan mengungkap risiko mereka untuk meningkatkan resiko kanker tersebut.

Dalam penelitian didapatkan hasil, dari total 3.249 perokok yang dianalisis, 1.812 menyebarkan kanker paru-paru, dan sisanya tidak. Para peneliti menemukan bahwa risiko kanker paru-paru, kepala, dan leher cenderung lebih tinggi bagi perokok yang menghisap rokok pertama lebih cepat sesudah berdiri tidur.

Dan yang menarik, ialah risiko kanker akan lebih tinggi pada perokok ringan yang menghisap rokok pertamanya lebih pagi, dibandingkan perokok berat yang mulai menghisap rokok pertama pada waktu lebih final sesudah berdiri tidur. Dari hasil penelitian tersebut maka sanggup disimpulkan, bahwa waktu menghisap rokok pertama setiap hari sanggup menjadi salah satu cara memprediksi risiko kanker yang lebih tinggi.

Penelitian lain yang dilakukan di Jepang juga menunjukkan relasi antara waktu menghisap rokok pertama dengan kanker paru-paru. Dimana meski seseorang hanya merokok satu atau dua batang dalam satu hari, namun dengan waktu yang lebih awal sesudah berdiri tidur, akan meningkatkan resiko kanker, dibandingkan dengan orang yang menghisap dua bungkus rokok dalam satu hari. Meski begitu tentu saja yang terbaik kamulah kau berhenti merokok secara keseluruhan.

Ringkasan:
  • Perokok lebih berisiko terkena kanker dibandingkan dengan seseorang yang tidak pernah merokok,
  • Bahaya Rokok Pertama di Pagi Hari sesudah lebih tinggi meningkatkan resiko kenker dibandingkan durasi yang lebih usang sesudah berdiri tidur,
Bersama: +KOMPAS.com , +Kompas TV , +detikcom , +Detikplus , +VIVA

7 Mitos Salah Ketika Berhenti Merokok

 Berhenti Merokok memang menjadi tantangan besar bagi perokok berat maupun ringan 7 Mitos Salah ketika Berhenti Merokok
Berhenti Merokok memang menjadi tantangan besar bagi perokok berat maupun ringan. Bahkan dengan adanya peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok, ketika ini juga tidak mencapai hasil yang signifikan. Bahkan sebenarnya, tentu para perokok telah sering mendengar banyak sekali laba positif dari berhenti merokok, dan ancaman rokok untuk kesehatan. Dan lagi-lagi tentu hal ini belum mengakibatkan pelajaran untuk berhenti merokok.

Hal tersebut diatas, juga tidak didukung oleh Banyaknya mitos-mitos salah mengenai perjuangan berhenti merokok. Adapun mitos-mitos salah, tersebut yakni sebagai berikut:
  • Sulit menghadapi stres, alasannya yakni memang kebanyakan orang merokok ketika menghadapi situasi penuh tekanan. Padahal bergotong-royong orang yang bukan perokok mempunyai tingkat kecemasan yang lebih rendah. Para perokok khawatir ketika berhenti merokok, tidak bisa menghadapi stres dengan cara bagaimana.
  • Menjadi Kurang Produktif, alasannya yakni mereka beranggapan bahwa dengan merokok akan menciptakan lebih fokus dan banyak ide. Padahal menurut fakta, bergotong-royong para perokok lebih banyak menerima kerugian. Karena secara umum perokok lebih gampang sakit dan izin tidak bekerja. Para perokok juga akan lebih sering meninggalkan pekerjaan untuk merokok di luar ruangan atau di ruangan khusus perokok. Hal ini tentu akan sangat mengurangi produktifitasnya.
  • Rokok elektronik sanggup membantu berhenti merokok, namun kenyataannya menurut penelitian di Universitas California di San Francisco, AS, menemukan bahwa rokok elektronik (e-cigarettes) tidak efektif membantu untuk berhenti merokok.
  • Membuat gemuk, juga menjadi mitos di masyarakat. Karena menurut fakta, bahwa bergotong-royong orang yang merokok ternyata malah berpotensi lebih gemuk. Dan kegemukan pada orang berhenti merokok terjadi alasannya yakni mereka mengganti rokok dengan masakan tidak sehat.
  • Biaya lebih mahal, alasannya yakni mereka beranggapan bahwa konsultasi dokter dan obat-obatan untuk mengurangi kecanduan nikotin sangat mahal. Padahal, bergotong-royong pengeluaran untuk membeli rokok dan biaya premi asuransi kesehatan untuk perokok juga lebih tinggi.
  • Hookah alternatif yang lebih sehat, padahal bergotong-royong Hookah sama buruknya dengan rokok.
  • Tidak Bermanfaat alasannya yakni sudah usang merokok. Namun tentu faktanya yakni bahkan ketika kau tidak merokok dalam waktu satu jam saja, maka kadar karbon monoksida dalam aliran darah menjadi normal, dan risiko seseorang menderita penyakit jantung akan berkurang setengahnya, sesudah berhenti merokok selama 6 bulan.
Untuk mengetahui mengenai lebih banyak manfaat mengenai berhenti merokok silahkan kunjungi artikel efek positif sesudah berhenti merokok.

Ringkasan:
  • Peringatan kesehatan bergambar pada bungkus rokok belum menjadi solusi efektif untuk menciptakan masyarakat berhenti merokok,
  • Dengan merokok maka produktifitas akan menurun dan biaya kesehatan lebih tinggi,
  • Rokok elektronik tidak efektif sebagai solusi berhenti merokok dan telah dibuktikan menurut banyak penelitian.

Friday, 13 April 2018

Efek Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok

 pada Bungkus Rokok yang ketika ini mulai diterapkan di indonesia Efek Peringatan Kesehatan Bergambar pada Bungkus Rokok
Peringatan Kesehatan Bergambar pada Bungkus Rokok yang ketika ini mulai diterapkan di indonesia, ternyata sanggup menghipnotis minat perokok untuk berhenti merokok. Bungkus rokok yang polos tanpa simbol namun diberikan gambar-gambar real mengenai dampak ancaman merokok, ternyata lebih efektif mengurangi jumlah perokok dalam jangka panjang. Kemasan rokok tanpa gambar diketahui sanggup menghipnotis tingkah laku, frekuensi merokok, bahkan sanggup menghentikan seseorang dari kebiasaan merokok.


Sebelum Indonesia, Australia yaitu negara pertama di dunia yang melarang penggunaan logo, merek, simbol, gambar, warna, dan teks promosi lainnya pada bungkus rokok, dan semua itu diganti dengan gambar-gambar peringatan ancaman merokok (seperti penderita kanker yang sekarat dan sebagainya). Dan diketahui, dalam 2 tahun terakhir terjadi penurunan jumlah perokok.

Dari bukti diatas, didapatkan bukti bahwa kemasan yang distkamurkan lebih efektif untuk mengurangi harapan merokok, terutama pada orang muda dan dewasa. Dengan tidak adanya logo atau brand dalam kemasan rokok berarti menghapus alat marketing.


Selain itu kemasan polos dengan Peringatan Kesehatan akan memengaruhi sikap dan mendorong perokok untuk berhenti merokok. Sebagai bab dari aktivitas pengendalian tembakau berkelanjutan, stkamurdisasi bungkus rokok terperinci memberi bantuan besar. Hasil penelitian juga menguatkan bukti bahwa mengubah bungkus rokok menjadi membosankan atau bahkan dan tidak menarik akan memotivasi orang untuk berhenti merokok.

Ringkasan:
  • Bungkus rokok dengan Peringatan Kesehatan Bergambar menunjukkan dampak lebih efektif perokok untuk berhenti,
  • Peringatan Kesehatan Bergambar pada Bungkus Rokok lebih efektif untuk menunjukkan pandangan gres  untuk berhenti merokok.

Bersama: +detikcom , +Detikplus , +KOMPAS.com , +Kompas TV , +VIVA , +Susilo Bambang Yudhoyono